Kamis, 26 Desember 2013 | By: Unknown

Apa yang dilakukan Lelaki utusan Langit itu? [Distorsi atas Pemahaman Keber-Agama-an Kita]

     Orang itu kini sedang berada di sebuah padang, seorang lelaki yang berpakaian agak lusuh itu dengan sebuah kain penutup di kepalanya. Ia berjalan bersama beberapa orang lainnya yang menjadi teman seperjalanannya. Kini mereka sedang beristirahat di bawah sebuah pohon yang teduh. Mereka kini sedang mengistirahatkan raganya lantaran telah menempuh perjalanan jauh. Tunggangan mereka kemudian diikatkan di bawah pohon lainnya. Beberapa rombongan lain juga sedang melintasi jalan itu pun memilih untuk berteduh. Memang cuaca hari itu sangat panas, Matahari begitu pongahnya membakar dirinya untuk tampil gemerlapan dengan cahaya yang tak mampu dilihat mata saat ingin menatapnya.
     Setelah beristirahat beberapa waktu, lelaki itu kemudian bangkit diiringi dengan rombongan yang mengikutinya tadi. Ia kini berdiri di depan pohon tempatnya beristirahat tadi dan pohon tempat mereka mengikatkankan hewan tunggangan mereka. Entah apa yang sedang dilakukannya, ia nampak seperti mengucapkan mantra sembari sesekali melakukan gerakan menunduk dan sujud. Beberapa rombongan lain sibuk memperhatikan itu, sembari menyaksikan gerakan-gerakan lelaki tadi. Mereka sadar bahwa lelaki itu adalah orang yang banyak diceritakan orang akan kebaikan hatinya, kedermawanannya dan kepeduliannya terhadap manusia. Orang-orang meyakini lelaki itu adalah utusan Langit. Mereka kemudian dengan hikmat ikut memperhatikannya.
     Waktu berlalu, Matahari sepertinya kini memilih bersahabat dengan rombongan yang berjalan di padang itu. Dan lelaki itupun mengakhiri gerakan-gerakannya dan kembali beristirahat di bawah pohon sembari menyiapkan makanannya untuk disantap sebagai penambah energi sebelum melanjutkan perjalanan. Beberapa rombongan yang singgah tadi kini menyiapkan diri melanjutkan perjalanan lantaran kini langit tak lagi membakar, Matahari mulai merendahkan keangkuhannya. Satu rombongan langsung berlalu pergi, mereka merasa harus segera berangkat membawa dagangannya agar cepat sampai ditujuan dan bisa dengan cepat mendapatkan keuntungan dari hasil dagangannya. Ada pula yang bertanya tentang siapa pria itu dan apa yang sedang ia lakukan, seakan penasaran namun tetap harus segera berangkat karena juga tak mau ketinggalan membawa barang dagangannya dan kehilangan keuntungan. Beberapa yang lain kini tinggal memerhatikan lelaki itu. Mereka kemudian mendekatinya sembari menanyakan perihal apa yang dilakukan oleh lelaki itu dan rombongannya.
     Diantara rombongan yang merelakan waktunya sejenak untuk menjwab rasa penasarannya pada apa yang telah dilakukan lelaki yang dianggap utusan Langit itu. Dengan rendah hati ia kemudian bertanya dengan lembut. "Wahai manusia mulia, apa yang sedang engkau lakukan tadi?" Lelaki itu dengan hikmat menjawab. "Kami sedang menyembah Tuhan, yang telah menganugerahi kita nikmat" sembari menghadapkan wajahnya ke Langit. "Tuhan? apakah Tuhan itu adalah Pohon yang ada di depanmu itu? atau gunung yang berdiri disana? Ataukah hewan-hewan itu yang kau perlakukan dengan baik? atau barangkali Matahari yang bersinar begitu terik tadi?" tanya pemuda dari rombongan itu penuh antusias. "Tidak, sesungguhnya apa yang kau maksudkan itu semuanya salah. Saya tidak menjadikan mereka itu Tuhan untuk kemudian disembah. Sungguh bukan pohon itu yang aku sembah, bukan gunung yang ada disana. Bukan pula hewan-hewan yang menemani rombonganku itu apalagi Matahari yang ada disana. Sungguh bukan itu yang aku sembah. Melainkan Tuhan yang berkuasa atas segala yang ada. Tuhan bagi pohon, gunung, hewan-hwan itu dan Tuhan yang membuat Matahari itu bersinar. Itulah Tuhan yang kusembah." Kata lelaki itu dengan tegas menjelaskan. "Kalau begitu bolehkah aku mengikutimu dan menjadi muridmu untuk belajar tentang Tuhan itu dan agar aku pun bisa menyembahnya?" tanya pemuda itu penuh harap. "Tentu saja boleh bahkan itu menjadi tugasku untuk membimbingmu mengenal Tuhan dan bersama-sama menyembahnya. Silahkan kamu ikut denganku beserta rombonganku" Balas lelaki itu penuh rasa syukur. "Baik, terimakasih manusia mulia. Mulai sekarang aku menjadi pengikutmu" tutupnya sebelum melanjutkan perjalanan.
     Di tengah perjalanan, rombongan yang lebih cepat berlalu tadi saling berdebat mengenai apa yang dilakukan lelaki tadi bersama rombongannya. Tapi kemudian sepakat bahwa lelaki tadi adalah utusan Langit, sehingga apa yang dilakukannya tadi sedang menyembah Tuhan, Sang Penguasa. Lalu hal yang membuat mereka berbeda adalah lantaran mereka tidak memahami dengan jelas apa yang sebenarnya dilakukan lelaki beserta rombongannya tadi. Berbagai spekulasipun berkembang. Dianta mereka ada yang berpendapat bahwa lelaki itu sedang menyembah Tuhan yang berwujud Matahari, ada yang menganggap bahwa Pohon itulah yang mewakili Tuhan, yang lain meyakini bahwa di Gunung itulah Tuhan berada dan bahkan ada yang menyimpulkan bahwa hewan-hewan yang tadilah yang menjadi Tuhannya lantaran diperlakukan dengan baik oleh Lelaki itu dan sengaja diikatkan pada pohon untuk disembah. Sementara berkembang spekulasi itu, beberapa diantara rombongan itu tidak memperdulikan apa yang dibicarakan teman-temannya. Malahan lebih sibuk memikirkan dagangannya dan berapa keuntungan yang akan diperolehnya dari perjalanannya kali ini membawa barang dagangannya. Akan tetapi, ada pula diantara mereka yang tak meyakini spekulasi yang berkembang itu dan lebih memilih untuk berheti dan menunggu rombongan lelaki yang ditinggalkannya tadi. Baginya, spekulasi itu bisa menjurumuskan dirinya kepada salah kaprah akan hakikat sesuatu. Dari situ, kini berhenti dan tertinggal dari rombongannya  Dan akhirnya lelaki yang dinatikan pun datang. KEmudian ditanyainya sebagaimana pemuda yang memang sengaja untuk tidak melanjutkan perjalanan tadi. Dan dijwablah sebagaimana jawaban yang didapatkan pemuda sebelumnya. kini ia pun memahami akan hakikat yang dilakukan lelaki tadi dan juga menjadi pengikutnya.
     Sementara di tempat lain, rombongan yang berjalan di depan tadi kini terpencar ke berbagai tempat. Mereka pun meyakini akan kemulian lelaki yang ditemuinya dulu dibawah sebuah pohon ketika berteduh. Lantaran karena kemuliaan lelaki itu sudah diyakini banyak orang, maka apapun yang dilakukannya selalu ingin diikuti. Maka terjadilah berita heboh, dimana orang-orang yang pernah bertemu dengan lelaki itu dianggap orang beruntung dan menjadi ikut populer di khalayak ramai. Akhirnya orang-orang yang tak sempat bertemu dengannya ingin mendengarkan cerita tentang lelaki yang dikagumi oleh mereka dan mereka yakini utusan langit. Pada akhirnya, spekulasi yang berkembang tadi yang ditafsirkan berbeda-beda oleh rombongan yang berjalan di depan tadi berkembang di masyarakat.
     Di setiap daerah hampir memiliki penafsiran berbeda tentang perihal penyembahan yang dilakukan lelaki utusan Tuhan itu. Ada berita yang sampai bahwa lelaki itu menyembah matahari sehingga masyarakat disanapun kini menyembah matahari. Ada yang menyampaikan bahwa lelaki itu menyembah pohon maka masyarakat itupun mulai memilih pohon yang dianggapnya sakral untuk disembah. Ada yang menganggap Tuhan bersemayam di Gunung, sehingga mereka lebih suka menyembah Tuhan di gunung. Dan bahkan ada pula akhirnya yang menganggap bahwa dalam diri hewanlah Tuahn itu berada, akhirnya mereka menganggap hewan tertentu menjadi suci dan disembah. Fenomena ini terus berlajut di masyarakat suatu daerah. Sehinggan menjadi suatu bentuk kepercayaan yang diyakini berasal dari sumber yang benar. Seorang lelaki yang diyakini sebagai utusan langit, lelaki yang mengajarkan manusia menyembah Tuhan.
     Meskipun beberapa orang telah salah menafsirkan prosesi penyembahan yang dilakukan lelaki utusan langit tadi. Berita yang disampaikan oleh orang-orang yang beserta rombongan lelaki itu juga tetap terjaga dengan baik serta berkembang di masyarakat dan memiliki pengikut yang memang benar-benar kritis dalam hal mengikuti. Tak jarang banyak yang sebelumnya meyakini tentang penyembahan matahari, pohon, gunung dan hewan tadi akhirnya menemukan berita yang sebenarnya bahwa lelaki utusan langit itu tak pernah membenarkan penyembahan demikian. Hal ini karena mereka mengkritisi akan kehidupan keberagamaan yang mereka akan yakini Lalu akhirnya mereka mencari dan menemukan kisah yang sebenarnya dari prosesi penyembahan itu. Bahwa bukan Matahari, pohon, gunung ataupun hewan yang disembah, tapi meniscayakan menyembah sang pemilik, penguasa matahari, pohon, gunung dan hewan-hewan. Tuhan yang tuggal.
---Kebenaran kadang laksana emas yang tersembunyi dalam tanah, kebenaran menjadi suatu hakikat yang harus digali oleh manusia.---

0 komentar:

Posting Komentar