Senin, 07 April 2014 | By: Unknown

Kenapa Saya (Ikut) Mendukung Drs. H. A. Gaffar Patappe untuk DPR RI?

Bagi saya ini hal yang penting yang harus disampaikan berkenaan dengan akan dilaksanakannya Pemilu Legislatif pada tanggal 09 April 2014 mendatang. Tentu saja akan ada yang sedikit risih, risau ataupun sekedar mencibir. Tapi tentu juga akan ada yang sepakat setelah mengetahui mengapa saya harus menyampaikan ini lewat tulisan ini. Pertama karena saya tidak bisa menjumpai rekan-rekan satu demi satu, sementara pemilu akan segera berlangsung. Alasan berikutnya adalah saya sudah putuskan untuk mengambil peran aktif dalam momentum politik kali ini, karenanya saya hendak menyampaikan ini kepada mereka sebagai bahan pertimbangan ataupun alasan bagi kita untuk memilih di TPS beberapa hari yang akan datang. Alasan berikutnya karena saya kenal beliau (Drs. H. A. Gaffar Pattape) yang kini sedang berada dalam daftar Caleg untuk DPR RI. Sehingga bagi saya amatlah penting ikut mensosialisasikan tentang "Siapa Sosok Beliau" ini? dan "Mengapa Saya Memilih untuk (ikut) mendukung beliau secara langsung?'. Karenanya, sekali lagi ini menjadi penting untuk saya sampaikan. Dan sebelumnya saya akan berusaha jelaskan hal itu se-objektif mungkin, meskipun harus disadari ini berasal dari pandangan subjektif saya. Tapi saya akan ceritakan sesuai fakta yang saya dapatkan.

Bismillah. Saya mengenal Drs. H. A. Gaffar Patappe lewat Ayah, waktu itu saya masih duduk di bangku SMP. Saya berkunjung di Rumah Jabatan beliau bersama ayah. Beliau pernah menjabat sebagai Bupati Kabupaten Pangkep (2000-2005). Ayah saya dekat dengan beliau lantaran Ayah sewaktu sekolah dulu pernah tinggal di rumah keluarga dari istri beliau (Puang Rana). Meskipun tidak ada hubungan keluarga, tapi saya merasa diperlakukan sebagai keluarga olehnya. Dan sepertinya ia melakukan itu kepada hampir semua orang yang dekat dengannya. Hal ini saya yakini dari banyaknya masyarakat dari Pangkep yang ikut bersama-sama berkunjung di kediaman beliau beberapa waktu lalu di Makassar. Orang-orang ini datang untuk silaturahmi dan menyatakan akan selalu menjadi pendukung setia beliau nanti. Yah, setidaknya saya melihat ucapan itu keluar dari bibir warga yang sudah cukup tua. Orang itu adalah penduduk dari warga Pulau di Pangkep yang rela menyebrang pulau untuk bertemu dngan beliau meskipun harus menantang ombak. Sehingga saya melihat bahwa kedatangannya itu tidak mungkin jika bukan karena sebuah ketulusan yang menggerakkan raganya yang sudah tua rentah itu. Dan orang tua seperti itu tak sedikit jumlahnya yang datang pada waktu itu. Wajah-wajah rentah yang memang tulus untuk bersilaturahmi pada sosok yang dianggap mereka baik.

Sampai disini tentu ini rekan-rekan menganggap peninilaian saya masih sangat subjektif. Karenanya saya akan perkenalkan siapa beliau ini. Laki-laki ini sebenarnya bukan orang pangkep asli. Beliau lahir di Kabupaten Bone dari keluarga bangsawan. Beliau datang ke Pangkep lantaran menikahi putri dari Karaeng Ma'rang (istrinya) dan memilih untuk menetap disana. Beliau memulai karir sebagai PNS di Pemerintahan Pangkep, mengabdi sekitar 32 tahun di daerah Pangkep dari jabatan terendah sampai akhirnya jadi Bupati. Yah, beliau telah mengabdi di Pangkep selama 32 tahun. Rentang waktu yang tentu tidak pendek nagi seorang yang bukan asli Pangkep. Tapi itu dilakukannya dengan baik. Terbukti bahwa selama menjabat Bupati sampai hari ini saya belum mendengarkan cerita yang buruk tentang beliau. Dan saksi nyatanya adalah pembangunan yang telah di lakukannya selama menjabat sebagai Bupati, sebut saja Kantor Daerah terbesar pada waktu itu, RSUD yang terbesar sampai pada pembangunan tempat wisata mattappa yang mengakibatkan banyak orang dari daerah lain datang mengunjungi wisata air di Mattampa itu. lalu, satu hal lagi yang patut diingat bahwa beliau meninggalkan jabatannya sebagai Bupati dengan meninggalkan dana APBD sampai puluhan milyar. Ini bagi saya satu indikasi bahwa masa pemerintahan beliau cukup baik sampai bisa meninggalkan APBD yang surplus. Padahal bsa saja dibuatkan laporan untuk kegiatan yang perlu agar uang tersebut bisa digunakan olehnya atau orang-orang di Pemerintahannya pada waktu itu. Seperti yang banyak kita temui saat ini, penghabisan Anggaran oleh hampir semua instansi pemerintahan agar tidak kembali ke kas APBD.

Barangkali masih belum cukup. Berikutnya mungkin sangat subjektif tapi ini berkenaan dengan suatu organisasi saya dulu. Waktu itu beliau bukan lagi Bupati. Saat itu 2010, saya didaulat sebagai Ketua Panitia untuk sebuah agenda Oragnisasi Daerah Kabupaten Pangkep. Saya ingin menceritakan ini karena bagi saya ini hal yang bisa kita jadikan sebagai pengingat akan apa yang pernah dilakukan beliau. Waktu itu saya meminta bantuan kepada beliau (hanya lewat telpon karena beliau sedang berada di Jakarta, nomor telpon beliau saya dapatkan dari Ayah saya). Hal sangan tidak biasa saya rasakan bahwa seorang yang seperti beliau meluangkan waktu menerima telpon dari nomor yang tidak dikenalnya dan dari orang yang belum dikenalnya. Singkat cerita waktu itu saya meminta tolong untuk menggunakan fasilitas Villa beliau yang ada di Malino untuk dipakai pada kegiatan oraganisasi daerah. Dan akhirnya dengan senang hati beliau menelpon petugas yang menjaga Villanya untuk memastikan bahwa itu tidak terpakai. Seingat saya waktu itu sudah ada yang mau 'booking' Villanya untuk dipakai tahun baru selama satu minggu. Tapi beliau katakan pada penjaganya untuk membatalkan itu dan memberikan fasilitas itu kepada kami. Wah, ini orang yang baik menurut saya pada waktu. Apalagi kami hanya komunikasi lewat telepon dan beliau rela membantu. Sungguh suatu bantuan yang diberikan lantaran kebaikan hati menurut saya. Pada waktu itu banyak teman-teman yang kemudian bisa meminjam Villa beliau setiap ada kegiatan. (Ini hal penting yang harus diingat).

Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah apa yang dikatakan beliau inshaAllah ditepati. Ini terbukti atas ucapan beliau yang pernah bilang bahwa siapapun masyarakat Pangkep ataupun di luar Pangkep yang mengenal beliau, jika suatu ketika berada di Jakarta bisa menghubungi beliau dan beliau janji akan menjamunya dengan baik bahkan akan difasilitasi di hotel miliknya di Jakarta. nah, cerita ini berlangsung tahun lalu, tahun 2011. Saat itu saya mengikuti Latihan Kader (LKII) HMI di Jakarta. Saya tiba di Jakarta, dan sebelum pulang memang ada titipan ayah untuk bisa bertemu beliau disana. Akhirnya saya menghubungi beliau. Meskipun tiga hari baru ada balasan (karena beliau memang katanya sibuk, saat itu sidang paripurna di DPR sering diadakan), beliau mengundang saya datang ke rumahnya berbekal alamat. Saya akhirnya sampai dan dijamu dengan baik. Beliau buru-buru pulang dari Senayan saat saya hubungi bahwa saya akan ke rumahnya waktu itu. Dan satu lagi, di tahun 2013 kemarin saya juga bersama teman berkunjung ke rumah beliau. Tahun lalu ada Kongres HMI di Jakarta. Kami datang dan masih tetap sama, keramahan beliau menyambut kami bahkan kami diberi hadiah baju dan uang transport untuk balik ke lokasi Kongres. Meskipun hari itu kami tidak sempat nginap di rumah beliau padahal beliau meminta kami untuk menginap dulu. Yah, memang ini adalah saya yang mengalami. Tapi bukan hanya saya saja yang mungkin punya cerita berkunjung ke rumah beliau di Jakarta. Tapi memang bahwa setiap orang yang mengenalnya saat di Jakarta dan menghubungi beliau tentu akan dipanggil ke rumahnya untuk kemudian dijamu sebagaimana beliau memperlakukan kita sebagai keluarga.

Inilah beberapa alasan yang sempat saya tulis hari ini sebagai peran serta saya untuk terlibat dalam momentum politik hari ini. Tentu kita butuh orang-orang yang terbukti baik untuk bisa kita dukung di Parlemen daripada sekedar memberikan suara kepada orang yang tidak kita kenal apalagi kita tak pernah melihat (membuktikan) apa yang pernah dilakukannya untuk rakyat. Saya mendukung beliau, karena saya percaya!
Minggu, 05 Januari 2014 | By: Unknown

Mata Itu.



Mata itu, mata yang sedang memandangi bayi mungil yang terlahir dengan ledakan tangisannya. Hari itu terlihat terurai butiran bening bak kristal dari pelupuk yang sendu. Tatapannya begitu tajam menyaksikan geliat bayi merah yang tak tertutupi sehelai benang pun. Bayi itu tampak kelaparan, segera disuguhkannya air susu yang suci untuk menenangkannya. Bayi itu kini berhenti dari geliatnya, dirasakan hangatnya cinta dari seorang perempuan yang kini begitu bahagia setelah menantikannya datang selama lebih dari sembilan bulan. Perempuan yang kini sedang menyeka air matanya lalu tersenyum bahagia.
Mata itu, mata itu kembali menangis. Bukan tangisan bahagia yang membuatnya terurai tapi kini jeritan pilu yang lahir dari hatinya. Jelas disana ada beban yang tak sanggup dibendungnya lagi dan menyebabkan air matanya tumpah berderai. Mata itu kini menatap seorang bocah mungil yang terbaring tak berdaya di tempat tidur sebuah kamar rumah sakit. Mata itu kini tak lagi sendu tapi seakan lelah untuk menangis menunggu sang bocah kembali sadar.
Mata itu, untuk ke sekian kali mata itu kembali menguraikan butiran bening tanda kelembutan perasaannya. Ia sedang terseduh lantaran menganggap anak laki-laki yang dilahirkannya tak mendengar nasihatnya. Mata itu sedang menatap kepada seorang anak laki-laki yang mengucurkan darah dari jidatnya. Merah dan pekat, menutupi setengah dari wajahnya. Mata itu menangis penuh kekhawatiran.
Mata itu, mata yang begitu mudah menitihkan kelembutan, mata yang begitu mudah menitihkan kasih sayang. Selalu saja terurai untuk seorang anak yang dilahirkannya lebih dari dua puluh tahu silam. Mata yang selalu saja basah lantaran rindunya akan anak laki-lakinya yang tak lagi sering diperhatikannya. Mata yang senantiasa terbuka dan terpejam untuk menatap anak laki-lakinya.
Mata itu, mata yang jarang aku saksikan lagi lantaran jarak yang tak mengizinkan menatap mata itu. Mata yang tak pernah aku tahu berapa kali ia harus basah karenaku. Mata yang selalu menunjukkan tatapan penuh cinta dan kelembutan yang hangat yang membuatku tak mampu jauh darinya. Mata yang harus dengan rela tak kutatap karena waktu yang membuat kondisi berubah.
Mata itu, mata yang selalu menatapku sebagai anak kecil yang harus selalu diperhatikan. Mata yang tak mampu terpejam tanpa sebuah kabar yang diterima oleh empunya mata. Mata yang selalu aku rindukan untuk menatapnya, mata yang menguraikan kisahnya kepada waktu sebagai bahasa-bahasa sunyi akan betapa hebatnya sang pemilik mata. Mata yang senantiasa rindu menatap anak laki-laki yang kini bukan lagi sosok anak kecil. Mata yang memancarkan cahaya kasih Tuhan. Mata dari Ibuku yang teramat mencintaiku.
Selasa, 31 Desember 2013 | By: Unknown

Duka Cita Di Awal Tahun

Awal tahun 2014 menjadi hari duka cita bagi saya dan mungkin sebgian manusia lainnya di muka Bumi ini. Yah, 1 Januari 2014 yang jatuh pada hari rabu adalah hari dimana bertepatan dengan peringatan wafatnya Rasulullah menurut penanggalan Hijriah (Qamariah). Bagi kami tak hanya hari kelahiran Rasullah yang menjadi hari yang diperingati akan tetapi hari dimana kembalinya Sang Roh agung menemui Sang Pencipta juga menjadi sebuah peristiwa penting yang tetap kami agungkan dan menjadikannya hari duka cita. Duka cita yang dilandasi dari tuntunan nurani akan keagungan roh suci itu semasa hidup di dunia fana dan sebelum lahirnya serta saat kembalinya bersama Tuhan. Duka cita tentang mangkatnya panglima agung yang  menjadi pemberi peringatan sebagai utusan suci Tuhan untuk menunjukkan jalan lurus, suci nan terang. Sungguh ini duka di awal tahun 2014. Duka yang membuat kami menolak perayaan pesta kembang api yang diiringi riuh tiupan terompet dan ledakan petasan.
Memang sangat ironi menyaksikan kehidupan manusia hari ini. Selalu ingin larut dalam riuh pesta tak peduli berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu kesenangan yang disebutnya kebahagiaan. Sementara di sisi lain mereka mengaku sebagai manusia yang beragama. Dan yang lebih ironis lagi bahwa sebagian besar yang mengaku sebagai umat islam pun turut larut dalam perayaan ini. Bahkan tidak jarang yang memfasilitasi dan sukarela mengeluarkan dana untuk menyukseskan acara perayaan tahun baru yang menurut mereka sangat layak disemarakkan sebagai manusia yang beradab.
Lalu apa yang terjadi dengan perayaan menyambut tahun baru itu? Tentu kita semua sudah tahu bahwa budaya menyambut tahun baru di negeri ini adalah dengan mengadakan acara musik, kumpul-kumpul dan sepertinya perayaan itu sangat identik dengan peniupan terompet, ledakan petasan dan pesta kembang api. Bayangkan saja tentang berapa banyak dana yang dihabiskan selama semalam ini (malam tahun baru) hanya untuk kesenagna sesaat. Sementara, negeri kita punya utang yang belum terbayarkan, negeri kita punya begitu banyak rakyat miskin, anak yatim yang tak memiliki tampat tinggal jelas dan hidup dalam kondisi kelaparan hampir setiap harinya.
Namun, sepertinya apa yang akan dibicarakan orang seperti saya dan beberapa orang lain yang juga mencoba membincangkan hal serupa dengan saya hanya akan mendapat cibiran dari kebanyakan orang yang menganggap diri mereka mengerti akan peradaban dan menjadi manusia yang modern. Bagi mereka orang seperti saya adalah orang yang tak memahami peradaban dan tak mengerti akan modernisasi. Yah orang seperti saya menjadi aneh dalam kehidupan ini menurut pandangan mereka.Karena saya adalah orang yang menyebalkan yang lebih memilih menlewati pergantian tahun dengan banyak menyesal dan menangis. Melewati dnengan penuh kesedihan dan duka cita lantaran di banyak tempat, banyak manusia di waktu yang sama menghabiskan banyak uang untuk merayakan tahun baru mreka untuk menyampaikan harapan dan do'a pada tahun yang akan datang. Harapan akan kehidupan mereka lebih baik. Tapi mungkin bagi mereka tak pernah benar-benar sadar untuk berharap kehidupan manusia di sekelilingnya juga ikut baik dan lebih baik. Hanya saja, di waktu yag lama sepanjang tahun terdapat banyak manusia yang beada dalam kemiskinan dan banyak anak-anak yang harus menjadi yatim dan piatu.
Pesta perayaan tahun baru dengan segala kebiasaannya yang menghabiskan banyak uang selalu saja akan menjadi awal tahun yang duka cita bagi saya. Duka cita dikarenakn betapa banyak manusia yang mengaku beragama telah mati kesadarannya untuk peduli akan betapa baiknnya jika dana yang dihabiskan untuk perayaan tahun baru itu dipergunakan untuk membantu masyarakat miskin dan menyantuni anak yatim. Betapa akan jadi mulianya kita sebagai manusia jika mampu kembali menyadari ii dan menolaklarut dalam nuansa riuh penuh gembira para penikmat kembang api dan tiupan terompet. Awal tahun yang akan selalu menyedihkan. Barangkali sebagian umat islam itu lupa dengan penggalan surat dalam kitab sucinya. Al Qur'an Surat Al Ma'un menurut saya menjadi sat dalil akan buruknya perayaan tahun baru itu. Dimana menghabiskan banyak uang untuk sesaat sementara fakir miskin dan anak yatim tak diurus. Jelas disana dikatakan bahwa "Segenap yang mendustakan agama adalah mereka yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin". Yah, bagi saya orang yang ikut dalam riuh perayaan pesta tahun baru telah menjadi manusia yang mendustakan agama sesuai dalil ini. Saya yakin bahwa mereka yitu telah dengan sadar atau tanpa sadar menghaburkan uang hanya untuk sesutu yang kesenangannya sesaat. Betapa mulianya menurut saya jikalau dana yang digunakan itu dikumpul dan dipergunakan untuk menyantuni yatim piatu dan memberi makan fakir miskin. Bagi saya itu lebih bermakna dan kita takkan dituduh lagi oleh Tuhan sebagai pedusta agama.
Sekarang, kemana kita hendak teriak riuh penuh gembira? sementara awal tahun ini adalah dukacita. Penh kesedihan yang telah menyayat dan melukai hati setiap manusia yang teringat akan makna penciptaannya. Karena bagi mereka yang peduli dengan hal ini, maka setiap awal tahun yang masih diwarnai dengan tiupan terompet, ledakan petasan dan pesta kembang api akan selalu menjadi duka cita di awal tahun. sehingga, bagi saya dan mungkin beberapa orang lain akan lebih memilih berada di rumah sambil merenungi setiap tragedi yang terjadi sepanjang tahun sebelumnya. Karena bagi saya, awal tahun kali ini mnjadi awal penuh duka cita. Duka cita atas peringatan wafatnya Sang Rasul suci. Kesedihan menyadari betapa banyak manusia yang telah meratapi nasibnya di tahun sebelum dan akan datang yang sepertinya memang tak pernah terang. Seperti itulah kita menyambut awal tahun ini, simbol duka cita di awal tahun.
---Bagi kita yang sadar takkan ikut merayakan pesta penyambuaan tahun baru, atau kita benar-benar memilih untuk tidak sadar---
Kamis, 26 Desember 2013 | By: Unknown

Apa yang dilakukan Lelaki utusan Langit itu? [Distorsi atas Pemahaman Keber-Agama-an Kita]

     Orang itu kini sedang berada di sebuah padang, seorang lelaki yang berpakaian agak lusuh itu dengan sebuah kain penutup di kepalanya. Ia berjalan bersama beberapa orang lainnya yang menjadi teman seperjalanannya. Kini mereka sedang beristirahat di bawah sebuah pohon yang teduh. Mereka kini sedang mengistirahatkan raganya lantaran telah menempuh perjalanan jauh. Tunggangan mereka kemudian diikatkan di bawah pohon lainnya. Beberapa rombongan lain juga sedang melintasi jalan itu pun memilih untuk berteduh. Memang cuaca hari itu sangat panas, Matahari begitu pongahnya membakar dirinya untuk tampil gemerlapan dengan cahaya yang tak mampu dilihat mata saat ingin menatapnya.
     Setelah beristirahat beberapa waktu, lelaki itu kemudian bangkit diiringi dengan rombongan yang mengikutinya tadi. Ia kini berdiri di depan pohon tempatnya beristirahat tadi dan pohon tempat mereka mengikatkankan hewan tunggangan mereka. Entah apa yang sedang dilakukannya, ia nampak seperti mengucapkan mantra sembari sesekali melakukan gerakan menunduk dan sujud. Beberapa rombongan lain sibuk memperhatikan itu, sembari menyaksikan gerakan-gerakan lelaki tadi. Mereka sadar bahwa lelaki itu adalah orang yang banyak diceritakan orang akan kebaikan hatinya, kedermawanannya dan kepeduliannya terhadap manusia. Orang-orang meyakini lelaki itu adalah utusan Langit. Mereka kemudian dengan hikmat ikut memperhatikannya.
     Waktu berlalu, Matahari sepertinya kini memilih bersahabat dengan rombongan yang berjalan di padang itu. Dan lelaki itupun mengakhiri gerakan-gerakannya dan kembali beristirahat di bawah pohon sembari menyiapkan makanannya untuk disantap sebagai penambah energi sebelum melanjutkan perjalanan. Beberapa rombongan yang singgah tadi kini menyiapkan diri melanjutkan perjalanan lantaran kini langit tak lagi membakar, Matahari mulai merendahkan keangkuhannya. Satu rombongan langsung berlalu pergi, mereka merasa harus segera berangkat membawa dagangannya agar cepat sampai ditujuan dan bisa dengan cepat mendapatkan keuntungan dari hasil dagangannya. Ada pula yang bertanya tentang siapa pria itu dan apa yang sedang ia lakukan, seakan penasaran namun tetap harus segera berangkat karena juga tak mau ketinggalan membawa barang dagangannya dan kehilangan keuntungan. Beberapa yang lain kini tinggal memerhatikan lelaki itu. Mereka kemudian mendekatinya sembari menanyakan perihal apa yang dilakukan oleh lelaki itu dan rombongannya.
     Diantara rombongan yang merelakan waktunya sejenak untuk menjwab rasa penasarannya pada apa yang telah dilakukan lelaki yang dianggap utusan Langit itu. Dengan rendah hati ia kemudian bertanya dengan lembut. "Wahai manusia mulia, apa yang sedang engkau lakukan tadi?" Lelaki itu dengan hikmat menjawab. "Kami sedang menyembah Tuhan, yang telah menganugerahi kita nikmat" sembari menghadapkan wajahnya ke Langit. "Tuhan? apakah Tuhan itu adalah Pohon yang ada di depanmu itu? atau gunung yang berdiri disana? Ataukah hewan-hewan itu yang kau perlakukan dengan baik? atau barangkali Matahari yang bersinar begitu terik tadi?" tanya pemuda dari rombongan itu penuh antusias. "Tidak, sesungguhnya apa yang kau maksudkan itu semuanya salah. Saya tidak menjadikan mereka itu Tuhan untuk kemudian disembah. Sungguh bukan pohon itu yang aku sembah, bukan gunung yang ada disana. Bukan pula hewan-hewan yang menemani rombonganku itu apalagi Matahari yang ada disana. Sungguh bukan itu yang aku sembah. Melainkan Tuhan yang berkuasa atas segala yang ada. Tuhan bagi pohon, gunung, hewan-hwan itu dan Tuhan yang membuat Matahari itu bersinar. Itulah Tuhan yang kusembah." Kata lelaki itu dengan tegas menjelaskan. "Kalau begitu bolehkah aku mengikutimu dan menjadi muridmu untuk belajar tentang Tuhan itu dan agar aku pun bisa menyembahnya?" tanya pemuda itu penuh harap. "Tentu saja boleh bahkan itu menjadi tugasku untuk membimbingmu mengenal Tuhan dan bersama-sama menyembahnya. Silahkan kamu ikut denganku beserta rombonganku" Balas lelaki itu penuh rasa syukur. "Baik, terimakasih manusia mulia. Mulai sekarang aku menjadi pengikutmu" tutupnya sebelum melanjutkan perjalanan.
     Di tengah perjalanan, rombongan yang lebih cepat berlalu tadi saling berdebat mengenai apa yang dilakukan lelaki tadi bersama rombongannya. Tapi kemudian sepakat bahwa lelaki tadi adalah utusan Langit, sehingga apa yang dilakukannya tadi sedang menyembah Tuhan, Sang Penguasa. Lalu hal yang membuat mereka berbeda adalah lantaran mereka tidak memahami dengan jelas apa yang sebenarnya dilakukan lelaki beserta rombongannya tadi. Berbagai spekulasipun berkembang. Dianta mereka ada yang berpendapat bahwa lelaki itu sedang menyembah Tuhan yang berwujud Matahari, ada yang menganggap bahwa Pohon itulah yang mewakili Tuhan, yang lain meyakini bahwa di Gunung itulah Tuhan berada dan bahkan ada yang menyimpulkan bahwa hewan-hewan yang tadilah yang menjadi Tuhannya lantaran diperlakukan dengan baik oleh Lelaki itu dan sengaja diikatkan pada pohon untuk disembah. Sementara berkembang spekulasi itu, beberapa diantara rombongan itu tidak memperdulikan apa yang dibicarakan teman-temannya. Malahan lebih sibuk memikirkan dagangannya dan berapa keuntungan yang akan diperolehnya dari perjalanannya kali ini membawa barang dagangannya. Akan tetapi, ada pula diantara mereka yang tak meyakini spekulasi yang berkembang itu dan lebih memilih untuk berheti dan menunggu rombongan lelaki yang ditinggalkannya tadi. Baginya, spekulasi itu bisa menjurumuskan dirinya kepada salah kaprah akan hakikat sesuatu. Dari situ, kini berhenti dan tertinggal dari rombongannya  Dan akhirnya lelaki yang dinatikan pun datang. KEmudian ditanyainya sebagaimana pemuda yang memang sengaja untuk tidak melanjutkan perjalanan tadi. Dan dijwablah sebagaimana jawaban yang didapatkan pemuda sebelumnya. kini ia pun memahami akan hakikat yang dilakukan lelaki tadi dan juga menjadi pengikutnya.
     Sementara di tempat lain, rombongan yang berjalan di depan tadi kini terpencar ke berbagai tempat. Mereka pun meyakini akan kemulian lelaki yang ditemuinya dulu dibawah sebuah pohon ketika berteduh. Lantaran karena kemuliaan lelaki itu sudah diyakini banyak orang, maka apapun yang dilakukannya selalu ingin diikuti. Maka terjadilah berita heboh, dimana orang-orang yang pernah bertemu dengan lelaki itu dianggap orang beruntung dan menjadi ikut populer di khalayak ramai. Akhirnya orang-orang yang tak sempat bertemu dengannya ingin mendengarkan cerita tentang lelaki yang dikagumi oleh mereka dan mereka yakini utusan langit. Pada akhirnya, spekulasi yang berkembang tadi yang ditafsirkan berbeda-beda oleh rombongan yang berjalan di depan tadi berkembang di masyarakat.
     Di setiap daerah hampir memiliki penafsiran berbeda tentang perihal penyembahan yang dilakukan lelaki utusan Tuhan itu. Ada berita yang sampai bahwa lelaki itu menyembah matahari sehingga masyarakat disanapun kini menyembah matahari. Ada yang menyampaikan bahwa lelaki itu menyembah pohon maka masyarakat itupun mulai memilih pohon yang dianggapnya sakral untuk disembah. Ada yang menganggap Tuhan bersemayam di Gunung, sehingga mereka lebih suka menyembah Tuhan di gunung. Dan bahkan ada pula akhirnya yang menganggap bahwa dalam diri hewanlah Tuahn itu berada, akhirnya mereka menganggap hewan tertentu menjadi suci dan disembah. Fenomena ini terus berlajut di masyarakat suatu daerah. Sehinggan menjadi suatu bentuk kepercayaan yang diyakini berasal dari sumber yang benar. Seorang lelaki yang diyakini sebagai utusan langit, lelaki yang mengajarkan manusia menyembah Tuhan.
     Meskipun beberapa orang telah salah menafsirkan prosesi penyembahan yang dilakukan lelaki utusan langit tadi. Berita yang disampaikan oleh orang-orang yang beserta rombongan lelaki itu juga tetap terjaga dengan baik serta berkembang di masyarakat dan memiliki pengikut yang memang benar-benar kritis dalam hal mengikuti. Tak jarang banyak yang sebelumnya meyakini tentang penyembahan matahari, pohon, gunung dan hewan tadi akhirnya menemukan berita yang sebenarnya bahwa lelaki utusan langit itu tak pernah membenarkan penyembahan demikian. Hal ini karena mereka mengkritisi akan kehidupan keberagamaan yang mereka akan yakini Lalu akhirnya mereka mencari dan menemukan kisah yang sebenarnya dari prosesi penyembahan itu. Bahwa bukan Matahari, pohon, gunung ataupun hewan yang disembah, tapi meniscayakan menyembah sang pemilik, penguasa matahari, pohon, gunung dan hewan-hewan. Tuhan yang tuggal.
---Kebenaran kadang laksana emas yang tersembunyi dalam tanah, kebenaran menjadi suatu hakikat yang harus digali oleh manusia.---
Rabu, 25 Desember 2013 | By: Unknown

Siapakah Pengganti Sang Penggembala Agung?

Suatu ketika ada seorang Penggembala yang begitu menyayangi Hewan gembalaannya. Sepenuhnya sibuk memikirkan gembalaannya. Diharapkannya semua hewan gembalaannya itu terjaga dan aman untuk tidak dimangsa oleh Serigala yang buas yang memang selalu mengincar gembalaannya. Namun tibalah suatu ketika dimana ia menyadari harus pergi meninggalkan gembalaannya. Lantaran Ia begitu menyayangi gembalaannya dan selalu berharap gembalaannya selamat dari terkaman Serigala maka ia tahu bahwa ia sangat perlu menitipkan gembalaannya ini kepada seseorang yang benar-benar bisa dipercaya menjaga gembalaannya ini.
***Menjadi Sang Penggembala***
Memang semasa hidupnya, Sang penggembala sejak kecil memang sudah menggembalakan hewan. Hal itu menjadi kebiasaannya ketika semasa kecil ia sudah menjadi yatim piatu. Ayahnya meninggal saat ia masih dalam kandungan serta Ibunya wafat setelah ia dilahirkan. Maka hiduplah ia dalam pengasuhan Pamannya yang begitu teramat mencintanya. Ia besar dalam pengasuhan pamannya dan pada saat itu ia diberikan beberapa hewan untuk digembalakan. Hasilnya ia menjadi penggembala yang baik. Saat tumbuh besar, ia kemudian mengikuti Pamannya membawa dagangan ke daerah di luar dari tempatnya selama ini hidup. Sehingga dengan belajar dari pamannya tentang berdagang, ia kemudian dipercaya oleh relasi pamannya yang punya usaha lebih besar. Seorang Saudagar perempuan yang kemudian hari menjadi istri yang teramat dicintainya. Pada akhirnya Sang Penggembala tadi yang kini ahli dalam berdagang menikah dengan Sang Saudagar Perempuan yang mengakui kejujuran dan keutamaan sifatnya.
Alkisah, dalam perjalanannya ia dikenal begitu baik, lembut, santun, jujur dan tegas. Sehingga pada suatu hari yang istimewa Ia didatangi oleh seorang utusan untuk dipilih menjadi Penggembala.Tentu saja tawarannya adalah menggembalakan semua gembalaan yang dimiliki Tuan dari Sang utusan tadi. Dengan sedikit gugup ia kemudian pulang ke rumahnya seakan merasa ketakutan telah didatangi oleh utusan yang hendak memberikannya tanggungjawab begitu besar. Ia kemudian menyakan ini pada istrinya. Lalu kemudian istrinya menyemangatinya, menguatkannya untuk menerima tanggungjawab itu. Ia pun kemudian menerima tanggungjawab itu untuk menggembalakan seluruh milik Sang Pemilik itu. Memang Semua yang ada disana adalah secara tidak langsung adalah miliknya Sang Tuan yang memilihnya untuk menjadi penggembala.
Kisah berlanjut, ia kemudian menjadi penggembala yang handal dikarenakan selalu diberi petunjuk melalui untusan Sang Tuan yang memiliki Gembala. Ia pun diperintahkan untuk mempersiapkan orang untuk bisa menjaga gembalan itu tetap aman dan jauh dari gangguan Serigala. Akhirnya ia memiliki seorang yang dianggapnya pantas untuk menggantikannya menjaga gembalaannya. Seseorang yang pada saat pertama kali ia diangkat menjadi Penggembala yang lebih dulu bersedia mengikutinya menggembala dan mengakuinya sebagai penggembala yang diamanahkan menjaga gembalaannya. Orang itu adalah sepupunya, anak dari paman yang mengasuhnya, yang kelak juga menjadi menantunya, suami dari putrinya yang dilahirkan oleh istrinya saudaar Perempuan tadi. Nah, sepupunya inilah yang hampir setiap saat mengikutinya menggembala disamping banyak teman-teman yang lain yang juga mengikutinya. Hanya saja, pada sepupunya itulah ia mengajarkan semua ilmu dan teknik menggembala yang baik dan bagaimana cara menjaga gembalaannya dari cengkraman Serigala. Terbukti beberapa kali ancaman Serigala selalu bisa diatasinya dengan bantuan sepupunya itu. Dan pada waktu itu gembalaannya dalam keadaan aman dari serigala yang ingin mencengkramnya.
Seiring berjalannya waktu semua ilmu yang dimiliki Sang Penggembala telh diajarkan pada sepupunya tersebut dan juga beberapa teman-temannya yang lain yang juga sering bersamanya. Tapi tetap tak seperti sepupunya yang juga menjadi ayah dari cucu-cucunya yang begitu dicintainya. Semua hal akhirnya tersampaikan, tentang bagaimana menggembala dengan baik. Sehingga tiba suatu ketika sang utusan dari Empunya gembala datang menyampaikan bahwa Sang Tuan mengharap Sang Penggembala datang menemuinya. Dan utusan tadi juga tidak lupa menyampaikan agar gembalaannya itu dititipkan pada orang yang bisa menggembalakannya dengan baik agar gembalan itu tidak dicengkram oleh Serigala. Mengingat Sang Gembala teramat mencintai gembalaannya bahkan gembalaan yang belum terlahirpun selalu saja difikirkannya, sehingga ia bertanya "Bagaimana gembalaanku jika saya meninggalkannya tanpaku?" adakah mereka tetap aman dari cengkraman serigala?. Lalu, sang utusan meyakinkannya bahwa apapunyang akan terjadi nantinya itu adalah yang seharusnya terjadi pada gembalaannya. Maka dari itu sebagai bentuk untuk menjaganya maka Sang Tuan pemilik gembala akan menitipkan gembalaannya kepada yang bisa menjaganya. Dan sang penggembala pun tahu tentang siapa yang bisa dipercayanya menggantikannya untuk menjaga gembala itu. Tentu saja, ia akhirnya memilih sepupunya itu. Bukan karena ia keluarganya saja, tapi memang karena sepupunya itu juga telah diajarkannya semua ilmu dan teknis menggembala serta dia mengetahuinya lewat kesehariaannya saat bersama-sama dirinya menggembala di padang yang luas. Sehingga akhirnya sang penggembala mengumumkan kepada teman-teman dan semua hewan gembalan yang ada di padang pada waktu itu selepas ia membawa gembalaannya menuju padang hijau yang begitu menakjubkan. Akhirnya, disampaikan bahwa ia akan pergi menemui sang Tuan pemilik. Oleh karena itu, akan dititipkan gembalaan kepada sepupunya itu. (Hal ini dikarenakan gembalaan membutuhkan penggembala untuk menjaga agar tidak tersesat sehingga dengan mudah bisa diterkam oleh Serigala). Alhasil semua teman-temannya memberi selamat pada sepupunya itu.
***Perginya Sang Penggembala***
Kini, tiba hari dimana Sang Penggembala harus benar-benar pergi menemui Tuan Sang Pemilik. Tapi kepergiannya kini hanya diantar oleh sepupunya dan ditemani keluarga dan beberapa temannya saja. Sementara temannya yang lain sedang berada di suatu tempat untuk memutuskan tentang siapa yang berhak diantara mereka menjaga gembalaan yang ditinggalkan ini. Disana mereka melakukan voting, dan terpilih salah seorang diantara mereka yang mengklaim diri sebagai pengganti untuk menggemabalakan apa yang ditinggal Sang Penggembala. Dalam pemilihan itu ada yang bertanya, "Wahai kamu, kenapa kita tidak mengantarkan Sang Penggembala itu yang sekarang akan menemui Tuan Sang Pemilik? Kenapa kita dibawa kemari dan dipaksa memilih penggantinya?". Lalu, satu diantara mereka berteriak geram. "Sungguh, memilih pengganti untuk menjaga penggembala lebih penting dari mengantarkan Sang Penggembala menemui Tuan Sang Pemilik. Ini teramat penting, dikarenakan tak boleh gembalaan ditinggal dalam keadaan tanpa gembala" katanya menggurui. Akhirnya mereka yang ada pada waktu itu ikut larut dan membenarkan apa yang mereka lakukan dan menganggap bahwa orang yang terpilih itu sebagai pengganti dari Sang Penggembala.
Keruwetan ini pun akhirnya menjadi perpecahan diantara gembalaan. Bagi sebagian gembalan yang memang sering bersama (dekat) denganSang Penggembala merasakan begitu sedih tak lagi ada Sang Penggembala. Sebagian dari gembalaan ini pun sadar bahwa kini hidup mereka akan terancam oleh terkaman serigala. Namun dalam kecemasan mereka, mereka tahu bahwa Sang Penggembala tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja tanpa ada yang menggantikannya untuk menjaga mereka dari Serigala. Sebagian gembala yang lain yang tak begitu faham akan apa yang terjadipun akhirnya dengan sukarela digembalakan oleh orang yang terpilih tadi dengan voting untuk diikuti. Sementara bagi sebagian gembalaan yang lain yang yakin bahwa ada pengganti yang sudah ditinggalkan oleh Sang Penggembala. Maka mereka sadar bahwa sepupu Sang Penggembalalah yang selam ini selalu beserta mereka dan menjaganya dari terkamn Serigala. Mereka sadar bahwa sepupunya itulah yang teramat dekat dengan Sang Penggembala dan tahu semua seluk beluk bagaimana menggembala dengan baik yang akan selalu menjaga gembalaannya dari cengkraman Serigala yang memang selalu mengintai. Alhasil, terpecahlah gembalaan ini selepas ditinggal oleh Penggembalanya. Sebagian besar digiring oleh pengganti hasil voting. Dan sebagian yang lain yang mendengarkan tentang siapa yang telah disiapkan mengganti Sang Penggembala dengan setia mengikuti Sang Sepupu yang ditetapkan oleh Sang Penggembala. Dimulailah babk baru dari gembalan ini, dimana sebagian besar yang tak begitu peduli akan kisah Penggembala yang sebenarnya sukarela mengikuti gembalaan yang lain yang menganggap hasil voting itulah yang menggantikan Sang Penggembala. Sementara sebagian kecil yang ada tetap setia dengan titah Sang Penggembala tentang siapa yang menggantikannya meskipun mereka kadang dikucilkan oleh sebagian besar gembalaan yang lain.

***Hanya saja, pada suatu tempat di suatu saat terbersit dalam hati Sang Penulis***
"Jika yang melakukan voting pada waktu itu menyadari bahwa memilih pengganti Sang Penggembala adalah lebih penting dari mengantarkan perjalanan penggembala menemui Tuan Sang Pemilik. Pastilah Sang Penggembala yang begitu menyayangi gembalaannya, bahkan tak ingin meninggalkan gembalaannya sebelum memastikan akan bertemu dengan gembalaannya kembali di tempat yang istimewa, tentu lebih akan memikirkan tentang pentingnya menetukan seorang pengganti bagi dirinya untuk menjaga gembalaannya dari cengkraman serigala dan bahaya apapun sepeninggalnya menemui Tuan Sang Pemilik. Karenanya Sang Penggembala telah menunjuk Sepupunya. Dan tentulah Sang Pengganti harus menyerupai dengan Sang Penggembala, yang tahu tantang ilmu menggembala dan tahu tujuan dari penggembalaan. Sang Penggati haruslah yang paling menguasai segalanya dibanding yang lainnya. Jika tidak, maka tak layak menggantikan Sang Penggembala Agung."

Sajak Untuk Para Pejuang

Meski kekecewaan kadang menampar,.
Tapi kebersamaan akan menjadi penawar.

Meski lelah kadang hinggap,
tapi kita tetap harus melangkah tegap.
 
Meski air mata kadang mewarnai,
tapi harus selalu ada yang bisa ditertawai.
 
Meski amarah kadang membuncah, 
tapi senyum harus tetap merekah.
 
Meski perjuangan kadang tertatih, 
tapi mimpi harus tetap kita raih.
 
Meski kadang rasa tersakiti, 
tapi kita tetap harus saling mengerti.
 
Meski kadang ada caci, 
tapi tak selamanya boleh ada benci.
 
Meski sekarag jarang bersama, 
tapi kita tetap jadi saudara.
 
Meski sekarang saling berjauhan, 
tapi kita tetap akan saling merindukan.
 
Meski jarang ada jumpa, 
tapi kita tetap akan tegur sapa.
 
Meski jalan kita berbeda, 
tapi perjuangan itu akan tetap ada.

Setiap perjalanan 
adalah pembelajaran.
 
Untuk kita kenang 
sebagai bahan renung.
 
Jangan pernah berhenti berjuang, 
karena kita adalah petarung.
 
Walau tak mampu capai sempurna, 
tapi tetaplah jadi orang berguna.
 
Hidup adalah proses, 
maka tetaplah jadi kaum progres.
 
Jangan lagi ada caci, 
karena kita tak pernah membenci.
 
Setiap masa akan terlahir generasi baru, 
maka jangan saling cemburu.
 
Biarkan mereka berkarya, 
karena itu akan membuat kita jaya.
 
Apapun hasil karyanya, 
itu adalah persembahannya.
 
Karena semua yang terlahir disini, 
pasti ingin memberi arti.
 
Sebagaimana kami, 
yang selalu ingin memahami.
 
Bahwa hidup adalah proses, 
maka wajar untuk saling protes.
 
Milikilah hati yang tangguh, 
dengan tutur kata dan perilaku yang tulus dan teguh.

Inilah SEPARATIS: "Kami SEPARATIS dan Kami BANGGA!!!"

SEPARATIS, sesuai namanya akhirnya secara status quo ia benar-benar memisahkan diri dari lembaga tempatnya bernaung. Hampir setahun yang lalu ia menyatakan diri tak lagi bernaung pada lembaga tempatnya terbentuk. Namun itu bukanlah sesuatu hal yang sepenuhnya buruk. Meskipun dipandang dari tujuan awal terbentuknya untuk memberi warna baru dalam lembaga itu, artinya ia harus tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lembaga itu. Tapi, bagi kami yang menjadi pelopor terbentuknya ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari lembaga yang juga kami anggap telah membesarkan kami. Yah, meskipun mungkin beberapa menganggap kami tak lagi pantas disebut bagian darinya.
Ini adalah sebuah kisah yang bermula 3 tahun lalu, sebenarnya lebih dari itu. Berawal dari keresahan dari teman-teman yang ada di lembaga tempat kami bertemu. Kala itu sudah setahun lebih kami bersama, pasca bertemu di tahun 2009 saat mengadakan pengkaderan. Jelas bahwa dalam lembaga atau apapun namanya, selalu ada sekat-sekat yang terbangun. Entah apakah itu besar, menonjol atau bahkan sekat yang hampir tak disadari. Tapi, waktu itu sekatnya memang sangat jelas dn disadari oleh teman-teman yang lain. Dari sana bermula keresahan karena teman-teman banyak yang merasa risih dan tersisih. Sedangkan dalam hemat fikir kami bahwa seharusnya lembaga ini menghilangkan sekat dan menyatukan dalam perbedaan. Namun, inilah kenyataannya. Kenyataan yang pada perkembangannya membentuk pertahanan baru dari rasa dan fikir yang dianggap mengancam bagi teman-teman angkatan 2009. Memang tidak semua kemudian tahu alur cerita dari terbentuknya SEPARATIS. Karena barangkali bisa dibilang ini adalah keresahan beberapa orang yang ada di sebuah lembaga yang ingin kembali menghimpun teman-temannya yang lain untuk bisa sama-sama lagi memajukan lembaga. Itu fikir kami yang masih begitu menggebu. Jujur, bahwa harapan kami besar dalam membentuk komunitas ini. Berawal dari kisah mereka yang kemudian menjadi pentolan utama dalam kisah ini. (Bisa dibaca; awal terbentuknya SEPARATIS.( http://splashurl.com/ku974nn).
Perjalanan waktu memang tak mampu sepenuhnya diterka oleh manusia. Itu adalah tanda diluar batas kemampuan kita. Namun jelas bahwa niat kami tulus membentuk SEPARATIS, yang walaupun kemudian hari beberapa orang benar-benar menganggap kami layaknya musuh yang semua kisahnya memberikan sumbangsi pada lembaga tak lagi dikenang. Barngkali itu sangat tidak adil untuk kami, tapi itu kami terima dengan senang hati dan penuh kebesaran hati. Toh, bagi kami tak perlu ada pengakuan yang berlebihan untuk apa yang telah diberikan. Cukup kita tulus memberi dan setelahnya dilupakan. Itu barangkali lebih akan menjaga bahwa pemberiaan itu akan lebih termaknai tanpa pamrih.
Kami SEPARATIS, hari ini telah genap usia 3 tahun dari awal terbentuknya. Memang masih jadi polemik di lembaga yang membesarkan kami tentang kenapa sikap kami memilih keluar dan memisahkan diri secara status quo. Maka kami sedikit memberikan penjelasan. Seseungguhnya bukanlah SEPARATIS yang memisahkan diri dari lembaga ini, tapi lantaran kami orang-orang yang membentuknya yang menarik diri dari lembaga dan secara tidak langsung juga membuat SEPARATIS ikut tercerabut dari tempatnya terbentuk. Yah, kami memilih jalan ini lantaran dalam hemat kami setelah mempertimbangkan segala kondisi yang ada, dimana kami tak cukup kuat untuk bertahan dan kami menakar bahwa dengan kondisi tersebut justru hanya akan merusak kinerja lembaga lantaran pada saat itu memang kondisi psikologis dan emosional kami dibenarkan oleh nalar kami untuk tidak mungkin lagi bertahan meneruskan kinerja yang diamanahkan kepada kami, orang-orang yang membesarkan SEPARATIS.
Tentu ada banyak alasan yang kami punya kenapa mengambil kesimpulan dan memilih mundur dari lembaga itu. Sebuah keputusan yang memang kami sadari teramat berat dikarenakan jelas bahwa kemudian hari banyak yang menilai buruk atas keputusan itu. Tapi, sungguh keputusan itu bagi kami adalah jalan terbaik agar lembaga tetap berjalan dalam roda kepengurusan dan kamipun tak terbebani lebih jauh dengan kondisi yang tak memungkinkan kami bekerja dengan baik. Ingin kami sampaikan bahwa sesungguhnya itu bagi kami merupakan proses menyadari diri bahwa beberapa orang di lembaga itu tak mampu menerima kami, dimana di saat bersamaan kami juga tak mampu menahan sakit yang terus akan menggerogoti kami ketika memilih bertahan. Yah, memang sebuah kondisi yang sulit bagi kami. Dan kamipun memilih untuk tidak lagi berada dalam lembaga dengan maksud hijrah untuk membuat suasan emosi, psikologi dan nalar kami kembali stabil. Toh, akhirnya hari ini kami sudah tidak lagi merasakan sakit atas apa yang pernah kami alami.
Semua cerita memang bagai hujan yang berderai menitih jatuh di belahan bumi. Berkumpullah titik-titik air itu sebagai tokoh-tokoh yang dipertemukan untuk memulai suatu perjalanan menuju sebuah muara yang akan mengantarkannya ke laut nan luas, dunia tempat mereka memulai perjalanan menitih kisah-kisah baru yang lebih menakjubkan. Sebagaimana SEPARATIS hari ini. Pertemuan orang-orang yang memang secara kebetulan dihubungkan menuju perjalanan mengukir kisah di masa-masa yang akan datang. Hari ini SEPARATIS bukan hanya lagi sekedar untuk menghimpun pemuda-pemuda pada suatu lembaga yang terbatas pada angkatan 2009. Tapi menjadi komunitas baru dimana siapapun dengan latar belakang apapun bisa ikut menyatakan diri sebagai bagian dari SEPARATIS (Serikat Pemuda Radikal, Kritis dan Idealis). Yah, disini kita bisa berkumpul membenturkan ide, kritikan, dan cita-cita untuk masyarakat, bangsa, negara dan kemanusiaan. Sebuah tempat yang tak perlu ada sekat-sekat angkatan, senior-junior atau apapun anamanya yang hanya dapat melukai perasaan dan meruntuhkan nalar pemuda. Disini kita memiliki hak yang sama untuk berpendapat, memberikan sumbangsi ide dan apapun namanya yang sifatnya baik dan tetap dalam jalur logis, etis dan estetis. Semua akan diterima di SEPARATIS. Maka bergabunglah bersama kami (http://splashurl.com/m8oejaj).
---Kami SEPARATIS dan Kami BANGGA!!!---