Rabu, 25 Desember 2013 | By: Unknown

Siapakah Pengganti Sang Penggembala Agung?

Suatu ketika ada seorang Penggembala yang begitu menyayangi Hewan gembalaannya. Sepenuhnya sibuk memikirkan gembalaannya. Diharapkannya semua hewan gembalaannya itu terjaga dan aman untuk tidak dimangsa oleh Serigala yang buas yang memang selalu mengincar gembalaannya. Namun tibalah suatu ketika dimana ia menyadari harus pergi meninggalkan gembalaannya. Lantaran Ia begitu menyayangi gembalaannya dan selalu berharap gembalaannya selamat dari terkaman Serigala maka ia tahu bahwa ia sangat perlu menitipkan gembalaannya ini kepada seseorang yang benar-benar bisa dipercaya menjaga gembalaannya ini.
***Menjadi Sang Penggembala***
Memang semasa hidupnya, Sang penggembala sejak kecil memang sudah menggembalakan hewan. Hal itu menjadi kebiasaannya ketika semasa kecil ia sudah menjadi yatim piatu. Ayahnya meninggal saat ia masih dalam kandungan serta Ibunya wafat setelah ia dilahirkan. Maka hiduplah ia dalam pengasuhan Pamannya yang begitu teramat mencintanya. Ia besar dalam pengasuhan pamannya dan pada saat itu ia diberikan beberapa hewan untuk digembalakan. Hasilnya ia menjadi penggembala yang baik. Saat tumbuh besar, ia kemudian mengikuti Pamannya membawa dagangan ke daerah di luar dari tempatnya selama ini hidup. Sehingga dengan belajar dari pamannya tentang berdagang, ia kemudian dipercaya oleh relasi pamannya yang punya usaha lebih besar. Seorang Saudagar perempuan yang kemudian hari menjadi istri yang teramat dicintainya. Pada akhirnya Sang Penggembala tadi yang kini ahli dalam berdagang menikah dengan Sang Saudagar Perempuan yang mengakui kejujuran dan keutamaan sifatnya.
Alkisah, dalam perjalanannya ia dikenal begitu baik, lembut, santun, jujur dan tegas. Sehingga pada suatu hari yang istimewa Ia didatangi oleh seorang utusan untuk dipilih menjadi Penggembala.Tentu saja tawarannya adalah menggembalakan semua gembalaan yang dimiliki Tuan dari Sang utusan tadi. Dengan sedikit gugup ia kemudian pulang ke rumahnya seakan merasa ketakutan telah didatangi oleh utusan yang hendak memberikannya tanggungjawab begitu besar. Ia kemudian menyakan ini pada istrinya. Lalu kemudian istrinya menyemangatinya, menguatkannya untuk menerima tanggungjawab itu. Ia pun kemudian menerima tanggungjawab itu untuk menggembalakan seluruh milik Sang Pemilik itu. Memang Semua yang ada disana adalah secara tidak langsung adalah miliknya Sang Tuan yang memilihnya untuk menjadi penggembala.
Kisah berlanjut, ia kemudian menjadi penggembala yang handal dikarenakan selalu diberi petunjuk melalui untusan Sang Tuan yang memiliki Gembala. Ia pun diperintahkan untuk mempersiapkan orang untuk bisa menjaga gembalan itu tetap aman dan jauh dari gangguan Serigala. Akhirnya ia memiliki seorang yang dianggapnya pantas untuk menggantikannya menjaga gembalaannya. Seseorang yang pada saat pertama kali ia diangkat menjadi Penggembala yang lebih dulu bersedia mengikutinya menggembala dan mengakuinya sebagai penggembala yang diamanahkan menjaga gembalaannya. Orang itu adalah sepupunya, anak dari paman yang mengasuhnya, yang kelak juga menjadi menantunya, suami dari putrinya yang dilahirkan oleh istrinya saudaar Perempuan tadi. Nah, sepupunya inilah yang hampir setiap saat mengikutinya menggembala disamping banyak teman-teman yang lain yang juga mengikutinya. Hanya saja, pada sepupunya itulah ia mengajarkan semua ilmu dan teknik menggembala yang baik dan bagaimana cara menjaga gembalaannya dari cengkraman Serigala. Terbukti beberapa kali ancaman Serigala selalu bisa diatasinya dengan bantuan sepupunya itu. Dan pada waktu itu gembalaannya dalam keadaan aman dari serigala yang ingin mencengkramnya.
Seiring berjalannya waktu semua ilmu yang dimiliki Sang Penggembala telh diajarkan pada sepupunya tersebut dan juga beberapa teman-temannya yang lain yang juga sering bersamanya. Tapi tetap tak seperti sepupunya yang juga menjadi ayah dari cucu-cucunya yang begitu dicintainya. Semua hal akhirnya tersampaikan, tentang bagaimana menggembala dengan baik. Sehingga tiba suatu ketika sang utusan dari Empunya gembala datang menyampaikan bahwa Sang Tuan mengharap Sang Penggembala datang menemuinya. Dan utusan tadi juga tidak lupa menyampaikan agar gembalaannya itu dititipkan pada orang yang bisa menggembalakannya dengan baik agar gembalan itu tidak dicengkram oleh Serigala. Mengingat Sang Gembala teramat mencintai gembalaannya bahkan gembalaan yang belum terlahirpun selalu saja difikirkannya, sehingga ia bertanya "Bagaimana gembalaanku jika saya meninggalkannya tanpaku?" adakah mereka tetap aman dari cengkraman serigala?. Lalu, sang utusan meyakinkannya bahwa apapunyang akan terjadi nantinya itu adalah yang seharusnya terjadi pada gembalaannya. Maka dari itu sebagai bentuk untuk menjaganya maka Sang Tuan pemilik gembala akan menitipkan gembalaannya kepada yang bisa menjaganya. Dan sang penggembala pun tahu tentang siapa yang bisa dipercayanya menggantikannya untuk menjaga gembala itu. Tentu saja, ia akhirnya memilih sepupunya itu. Bukan karena ia keluarganya saja, tapi memang karena sepupunya itu juga telah diajarkannya semua ilmu dan teknis menggembala serta dia mengetahuinya lewat kesehariaannya saat bersama-sama dirinya menggembala di padang yang luas. Sehingga akhirnya sang penggembala mengumumkan kepada teman-teman dan semua hewan gembalan yang ada di padang pada waktu itu selepas ia membawa gembalaannya menuju padang hijau yang begitu menakjubkan. Akhirnya, disampaikan bahwa ia akan pergi menemui sang Tuan pemilik. Oleh karena itu, akan dititipkan gembalaan kepada sepupunya itu. (Hal ini dikarenakan gembalaan membutuhkan penggembala untuk menjaga agar tidak tersesat sehingga dengan mudah bisa diterkam oleh Serigala). Alhasil semua teman-temannya memberi selamat pada sepupunya itu.
***Perginya Sang Penggembala***
Kini, tiba hari dimana Sang Penggembala harus benar-benar pergi menemui Tuan Sang Pemilik. Tapi kepergiannya kini hanya diantar oleh sepupunya dan ditemani keluarga dan beberapa temannya saja. Sementara temannya yang lain sedang berada di suatu tempat untuk memutuskan tentang siapa yang berhak diantara mereka menjaga gembalaan yang ditinggalkan ini. Disana mereka melakukan voting, dan terpilih salah seorang diantara mereka yang mengklaim diri sebagai pengganti untuk menggemabalakan apa yang ditinggal Sang Penggembala. Dalam pemilihan itu ada yang bertanya, "Wahai kamu, kenapa kita tidak mengantarkan Sang Penggembala itu yang sekarang akan menemui Tuan Sang Pemilik? Kenapa kita dibawa kemari dan dipaksa memilih penggantinya?". Lalu, satu diantara mereka berteriak geram. "Sungguh, memilih pengganti untuk menjaga penggembala lebih penting dari mengantarkan Sang Penggembala menemui Tuan Sang Pemilik. Ini teramat penting, dikarenakan tak boleh gembalaan ditinggal dalam keadaan tanpa gembala" katanya menggurui. Akhirnya mereka yang ada pada waktu itu ikut larut dan membenarkan apa yang mereka lakukan dan menganggap bahwa orang yang terpilih itu sebagai pengganti dari Sang Penggembala.
Keruwetan ini pun akhirnya menjadi perpecahan diantara gembalaan. Bagi sebagian gembalan yang memang sering bersama (dekat) denganSang Penggembala merasakan begitu sedih tak lagi ada Sang Penggembala. Sebagian dari gembalaan ini pun sadar bahwa kini hidup mereka akan terancam oleh terkaman serigala. Namun dalam kecemasan mereka, mereka tahu bahwa Sang Penggembala tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja tanpa ada yang menggantikannya untuk menjaga mereka dari Serigala. Sebagian gembala yang lain yang tak begitu faham akan apa yang terjadipun akhirnya dengan sukarela digembalakan oleh orang yang terpilih tadi dengan voting untuk diikuti. Sementara bagi sebagian gembalaan yang lain yang yakin bahwa ada pengganti yang sudah ditinggalkan oleh Sang Penggembala. Maka mereka sadar bahwa sepupu Sang Penggembalalah yang selam ini selalu beserta mereka dan menjaganya dari terkamn Serigala. Mereka sadar bahwa sepupunya itulah yang teramat dekat dengan Sang Penggembala dan tahu semua seluk beluk bagaimana menggembala dengan baik yang akan selalu menjaga gembalaannya dari cengkraman Serigala yang memang selalu mengintai. Alhasil, terpecahlah gembalaan ini selepas ditinggal oleh Penggembalanya. Sebagian besar digiring oleh pengganti hasil voting. Dan sebagian yang lain yang mendengarkan tentang siapa yang telah disiapkan mengganti Sang Penggembala dengan setia mengikuti Sang Sepupu yang ditetapkan oleh Sang Penggembala. Dimulailah babk baru dari gembalan ini, dimana sebagian besar yang tak begitu peduli akan kisah Penggembala yang sebenarnya sukarela mengikuti gembalaan yang lain yang menganggap hasil voting itulah yang menggantikan Sang Penggembala. Sementara sebagian kecil yang ada tetap setia dengan titah Sang Penggembala tentang siapa yang menggantikannya meskipun mereka kadang dikucilkan oleh sebagian besar gembalaan yang lain.

***Hanya saja, pada suatu tempat di suatu saat terbersit dalam hati Sang Penulis***
"Jika yang melakukan voting pada waktu itu menyadari bahwa memilih pengganti Sang Penggembala adalah lebih penting dari mengantarkan perjalanan penggembala menemui Tuan Sang Pemilik. Pastilah Sang Penggembala yang begitu menyayangi gembalaannya, bahkan tak ingin meninggalkan gembalaannya sebelum memastikan akan bertemu dengan gembalaannya kembali di tempat yang istimewa, tentu lebih akan memikirkan tentang pentingnya menetukan seorang pengganti bagi dirinya untuk menjaga gembalaannya dari cengkraman serigala dan bahaya apapun sepeninggalnya menemui Tuan Sang Pemilik. Karenanya Sang Penggembala telah menunjuk Sepupunya. Dan tentulah Sang Pengganti harus menyerupai dengan Sang Penggembala, yang tahu tantang ilmu menggembala dan tahu tujuan dari penggembalaan. Sang Penggati haruslah yang paling menguasai segalanya dibanding yang lainnya. Jika tidak, maka tak layak menggantikan Sang Penggembala Agung."

0 komentar:

Posting Komentar