Selasa, 31 Desember 2013 | By: Unknown

Duka Cita Di Awal Tahun

Awal tahun 2014 menjadi hari duka cita bagi saya dan mungkin sebgian manusia lainnya di muka Bumi ini. Yah, 1 Januari 2014 yang jatuh pada hari rabu adalah hari dimana bertepatan dengan peringatan wafatnya Rasulullah menurut penanggalan Hijriah (Qamariah). Bagi kami tak hanya hari kelahiran Rasullah yang menjadi hari yang diperingati akan tetapi hari dimana kembalinya Sang Roh agung menemui Sang Pencipta juga menjadi sebuah peristiwa penting yang tetap kami agungkan dan menjadikannya hari duka cita. Duka cita yang dilandasi dari tuntunan nurani akan keagungan roh suci itu semasa hidup di dunia fana dan sebelum lahirnya serta saat kembalinya bersama Tuhan. Duka cita tentang mangkatnya panglima agung yang  menjadi pemberi peringatan sebagai utusan suci Tuhan untuk menunjukkan jalan lurus, suci nan terang. Sungguh ini duka di awal tahun 2014. Duka yang membuat kami menolak perayaan pesta kembang api yang diiringi riuh tiupan terompet dan ledakan petasan.
Memang sangat ironi menyaksikan kehidupan manusia hari ini. Selalu ingin larut dalam riuh pesta tak peduli berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu kesenangan yang disebutnya kebahagiaan. Sementara di sisi lain mereka mengaku sebagai manusia yang beragama. Dan yang lebih ironis lagi bahwa sebagian besar yang mengaku sebagai umat islam pun turut larut dalam perayaan ini. Bahkan tidak jarang yang memfasilitasi dan sukarela mengeluarkan dana untuk menyukseskan acara perayaan tahun baru yang menurut mereka sangat layak disemarakkan sebagai manusia yang beradab.
Lalu apa yang terjadi dengan perayaan menyambut tahun baru itu? Tentu kita semua sudah tahu bahwa budaya menyambut tahun baru di negeri ini adalah dengan mengadakan acara musik, kumpul-kumpul dan sepertinya perayaan itu sangat identik dengan peniupan terompet, ledakan petasan dan pesta kembang api. Bayangkan saja tentang berapa banyak dana yang dihabiskan selama semalam ini (malam tahun baru) hanya untuk kesenagna sesaat. Sementara, negeri kita punya utang yang belum terbayarkan, negeri kita punya begitu banyak rakyat miskin, anak yatim yang tak memiliki tampat tinggal jelas dan hidup dalam kondisi kelaparan hampir setiap harinya.
Namun, sepertinya apa yang akan dibicarakan orang seperti saya dan beberapa orang lain yang juga mencoba membincangkan hal serupa dengan saya hanya akan mendapat cibiran dari kebanyakan orang yang menganggap diri mereka mengerti akan peradaban dan menjadi manusia yang modern. Bagi mereka orang seperti saya adalah orang yang tak memahami peradaban dan tak mengerti akan modernisasi. Yah orang seperti saya menjadi aneh dalam kehidupan ini menurut pandangan mereka.Karena saya adalah orang yang menyebalkan yang lebih memilih menlewati pergantian tahun dengan banyak menyesal dan menangis. Melewati dnengan penuh kesedihan dan duka cita lantaran di banyak tempat, banyak manusia di waktu yang sama menghabiskan banyak uang untuk merayakan tahun baru mreka untuk menyampaikan harapan dan do'a pada tahun yang akan datang. Harapan akan kehidupan mereka lebih baik. Tapi mungkin bagi mereka tak pernah benar-benar sadar untuk berharap kehidupan manusia di sekelilingnya juga ikut baik dan lebih baik. Hanya saja, di waktu yag lama sepanjang tahun terdapat banyak manusia yang beada dalam kemiskinan dan banyak anak-anak yang harus menjadi yatim dan piatu.
Pesta perayaan tahun baru dengan segala kebiasaannya yang menghabiskan banyak uang selalu saja akan menjadi awal tahun yang duka cita bagi saya. Duka cita dikarenakn betapa banyak manusia yang mengaku beragama telah mati kesadarannya untuk peduli akan betapa baiknnya jika dana yang dihabiskan untuk perayaan tahun baru itu dipergunakan untuk membantu masyarakat miskin dan menyantuni anak yatim. Betapa akan jadi mulianya kita sebagai manusia jika mampu kembali menyadari ii dan menolaklarut dalam nuansa riuh penuh gembira para penikmat kembang api dan tiupan terompet. Awal tahun yang akan selalu menyedihkan. Barangkali sebagian umat islam itu lupa dengan penggalan surat dalam kitab sucinya. Al Qur'an Surat Al Ma'un menurut saya menjadi sat dalil akan buruknya perayaan tahun baru itu. Dimana menghabiskan banyak uang untuk sesaat sementara fakir miskin dan anak yatim tak diurus. Jelas disana dikatakan bahwa "Segenap yang mendustakan agama adalah mereka yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin". Yah, bagi saya orang yang ikut dalam riuh perayaan pesta tahun baru telah menjadi manusia yang mendustakan agama sesuai dalil ini. Saya yakin bahwa mereka yitu telah dengan sadar atau tanpa sadar menghaburkan uang hanya untuk sesutu yang kesenangannya sesaat. Betapa mulianya menurut saya jikalau dana yang digunakan itu dikumpul dan dipergunakan untuk menyantuni yatim piatu dan memberi makan fakir miskin. Bagi saya itu lebih bermakna dan kita takkan dituduh lagi oleh Tuhan sebagai pedusta agama.
Sekarang, kemana kita hendak teriak riuh penuh gembira? sementara awal tahun ini adalah dukacita. Penh kesedihan yang telah menyayat dan melukai hati setiap manusia yang teringat akan makna penciptaannya. Karena bagi mereka yang peduli dengan hal ini, maka setiap awal tahun yang masih diwarnai dengan tiupan terompet, ledakan petasan dan pesta kembang api akan selalu menjadi duka cita di awal tahun. sehingga, bagi saya dan mungkin beberapa orang lain akan lebih memilih berada di rumah sambil merenungi setiap tragedi yang terjadi sepanjang tahun sebelumnya. Karena bagi saya, awal tahun kali ini mnjadi awal penuh duka cita. Duka cita atas peringatan wafatnya Sang Rasul suci. Kesedihan menyadari betapa banyak manusia yang telah meratapi nasibnya di tahun sebelum dan akan datang yang sepertinya memang tak pernah terang. Seperti itulah kita menyambut awal tahun ini, simbol duka cita di awal tahun.
---Bagi kita yang sadar takkan ikut merayakan pesta penyambuaan tahun baru, atau kita benar-benar memilih untuk tidak sadar---
Kamis, 26 Desember 2013 | By: Unknown

Apa yang dilakukan Lelaki utusan Langit itu? [Distorsi atas Pemahaman Keber-Agama-an Kita]

     Orang itu kini sedang berada di sebuah padang, seorang lelaki yang berpakaian agak lusuh itu dengan sebuah kain penutup di kepalanya. Ia berjalan bersama beberapa orang lainnya yang menjadi teman seperjalanannya. Kini mereka sedang beristirahat di bawah sebuah pohon yang teduh. Mereka kini sedang mengistirahatkan raganya lantaran telah menempuh perjalanan jauh. Tunggangan mereka kemudian diikatkan di bawah pohon lainnya. Beberapa rombongan lain juga sedang melintasi jalan itu pun memilih untuk berteduh. Memang cuaca hari itu sangat panas, Matahari begitu pongahnya membakar dirinya untuk tampil gemerlapan dengan cahaya yang tak mampu dilihat mata saat ingin menatapnya.
     Setelah beristirahat beberapa waktu, lelaki itu kemudian bangkit diiringi dengan rombongan yang mengikutinya tadi. Ia kini berdiri di depan pohon tempatnya beristirahat tadi dan pohon tempat mereka mengikatkankan hewan tunggangan mereka. Entah apa yang sedang dilakukannya, ia nampak seperti mengucapkan mantra sembari sesekali melakukan gerakan menunduk dan sujud. Beberapa rombongan lain sibuk memperhatikan itu, sembari menyaksikan gerakan-gerakan lelaki tadi. Mereka sadar bahwa lelaki itu adalah orang yang banyak diceritakan orang akan kebaikan hatinya, kedermawanannya dan kepeduliannya terhadap manusia. Orang-orang meyakini lelaki itu adalah utusan Langit. Mereka kemudian dengan hikmat ikut memperhatikannya.
     Waktu berlalu, Matahari sepertinya kini memilih bersahabat dengan rombongan yang berjalan di padang itu. Dan lelaki itupun mengakhiri gerakan-gerakannya dan kembali beristirahat di bawah pohon sembari menyiapkan makanannya untuk disantap sebagai penambah energi sebelum melanjutkan perjalanan. Beberapa rombongan yang singgah tadi kini menyiapkan diri melanjutkan perjalanan lantaran kini langit tak lagi membakar, Matahari mulai merendahkan keangkuhannya. Satu rombongan langsung berlalu pergi, mereka merasa harus segera berangkat membawa dagangannya agar cepat sampai ditujuan dan bisa dengan cepat mendapatkan keuntungan dari hasil dagangannya. Ada pula yang bertanya tentang siapa pria itu dan apa yang sedang ia lakukan, seakan penasaran namun tetap harus segera berangkat karena juga tak mau ketinggalan membawa barang dagangannya dan kehilangan keuntungan. Beberapa yang lain kini tinggal memerhatikan lelaki itu. Mereka kemudian mendekatinya sembari menanyakan perihal apa yang dilakukan oleh lelaki itu dan rombongannya.
     Diantara rombongan yang merelakan waktunya sejenak untuk menjwab rasa penasarannya pada apa yang telah dilakukan lelaki yang dianggap utusan Langit itu. Dengan rendah hati ia kemudian bertanya dengan lembut. "Wahai manusia mulia, apa yang sedang engkau lakukan tadi?" Lelaki itu dengan hikmat menjawab. "Kami sedang menyembah Tuhan, yang telah menganugerahi kita nikmat" sembari menghadapkan wajahnya ke Langit. "Tuhan? apakah Tuhan itu adalah Pohon yang ada di depanmu itu? atau gunung yang berdiri disana? Ataukah hewan-hewan itu yang kau perlakukan dengan baik? atau barangkali Matahari yang bersinar begitu terik tadi?" tanya pemuda dari rombongan itu penuh antusias. "Tidak, sesungguhnya apa yang kau maksudkan itu semuanya salah. Saya tidak menjadikan mereka itu Tuhan untuk kemudian disembah. Sungguh bukan pohon itu yang aku sembah, bukan gunung yang ada disana. Bukan pula hewan-hewan yang menemani rombonganku itu apalagi Matahari yang ada disana. Sungguh bukan itu yang aku sembah. Melainkan Tuhan yang berkuasa atas segala yang ada. Tuhan bagi pohon, gunung, hewan-hwan itu dan Tuhan yang membuat Matahari itu bersinar. Itulah Tuhan yang kusembah." Kata lelaki itu dengan tegas menjelaskan. "Kalau begitu bolehkah aku mengikutimu dan menjadi muridmu untuk belajar tentang Tuhan itu dan agar aku pun bisa menyembahnya?" tanya pemuda itu penuh harap. "Tentu saja boleh bahkan itu menjadi tugasku untuk membimbingmu mengenal Tuhan dan bersama-sama menyembahnya. Silahkan kamu ikut denganku beserta rombonganku" Balas lelaki itu penuh rasa syukur. "Baik, terimakasih manusia mulia. Mulai sekarang aku menjadi pengikutmu" tutupnya sebelum melanjutkan perjalanan.
     Di tengah perjalanan, rombongan yang lebih cepat berlalu tadi saling berdebat mengenai apa yang dilakukan lelaki tadi bersama rombongannya. Tapi kemudian sepakat bahwa lelaki tadi adalah utusan Langit, sehingga apa yang dilakukannya tadi sedang menyembah Tuhan, Sang Penguasa. Lalu hal yang membuat mereka berbeda adalah lantaran mereka tidak memahami dengan jelas apa yang sebenarnya dilakukan lelaki beserta rombongannya tadi. Berbagai spekulasipun berkembang. Dianta mereka ada yang berpendapat bahwa lelaki itu sedang menyembah Tuhan yang berwujud Matahari, ada yang menganggap bahwa Pohon itulah yang mewakili Tuhan, yang lain meyakini bahwa di Gunung itulah Tuhan berada dan bahkan ada yang menyimpulkan bahwa hewan-hewan yang tadilah yang menjadi Tuhannya lantaran diperlakukan dengan baik oleh Lelaki itu dan sengaja diikatkan pada pohon untuk disembah. Sementara berkembang spekulasi itu, beberapa diantara rombongan itu tidak memperdulikan apa yang dibicarakan teman-temannya. Malahan lebih sibuk memikirkan dagangannya dan berapa keuntungan yang akan diperolehnya dari perjalanannya kali ini membawa barang dagangannya. Akan tetapi, ada pula diantara mereka yang tak meyakini spekulasi yang berkembang itu dan lebih memilih untuk berheti dan menunggu rombongan lelaki yang ditinggalkannya tadi. Baginya, spekulasi itu bisa menjurumuskan dirinya kepada salah kaprah akan hakikat sesuatu. Dari situ, kini berhenti dan tertinggal dari rombongannya  Dan akhirnya lelaki yang dinatikan pun datang. KEmudian ditanyainya sebagaimana pemuda yang memang sengaja untuk tidak melanjutkan perjalanan tadi. Dan dijwablah sebagaimana jawaban yang didapatkan pemuda sebelumnya. kini ia pun memahami akan hakikat yang dilakukan lelaki tadi dan juga menjadi pengikutnya.
     Sementara di tempat lain, rombongan yang berjalan di depan tadi kini terpencar ke berbagai tempat. Mereka pun meyakini akan kemulian lelaki yang ditemuinya dulu dibawah sebuah pohon ketika berteduh. Lantaran karena kemuliaan lelaki itu sudah diyakini banyak orang, maka apapun yang dilakukannya selalu ingin diikuti. Maka terjadilah berita heboh, dimana orang-orang yang pernah bertemu dengan lelaki itu dianggap orang beruntung dan menjadi ikut populer di khalayak ramai. Akhirnya orang-orang yang tak sempat bertemu dengannya ingin mendengarkan cerita tentang lelaki yang dikagumi oleh mereka dan mereka yakini utusan langit. Pada akhirnya, spekulasi yang berkembang tadi yang ditafsirkan berbeda-beda oleh rombongan yang berjalan di depan tadi berkembang di masyarakat.
     Di setiap daerah hampir memiliki penafsiran berbeda tentang perihal penyembahan yang dilakukan lelaki utusan Tuhan itu. Ada berita yang sampai bahwa lelaki itu menyembah matahari sehingga masyarakat disanapun kini menyembah matahari. Ada yang menyampaikan bahwa lelaki itu menyembah pohon maka masyarakat itupun mulai memilih pohon yang dianggapnya sakral untuk disembah. Ada yang menganggap Tuhan bersemayam di Gunung, sehingga mereka lebih suka menyembah Tuhan di gunung. Dan bahkan ada pula akhirnya yang menganggap bahwa dalam diri hewanlah Tuahn itu berada, akhirnya mereka menganggap hewan tertentu menjadi suci dan disembah. Fenomena ini terus berlajut di masyarakat suatu daerah. Sehinggan menjadi suatu bentuk kepercayaan yang diyakini berasal dari sumber yang benar. Seorang lelaki yang diyakini sebagai utusan langit, lelaki yang mengajarkan manusia menyembah Tuhan.
     Meskipun beberapa orang telah salah menafsirkan prosesi penyembahan yang dilakukan lelaki utusan langit tadi. Berita yang disampaikan oleh orang-orang yang beserta rombongan lelaki itu juga tetap terjaga dengan baik serta berkembang di masyarakat dan memiliki pengikut yang memang benar-benar kritis dalam hal mengikuti. Tak jarang banyak yang sebelumnya meyakini tentang penyembahan matahari, pohon, gunung dan hewan tadi akhirnya menemukan berita yang sebenarnya bahwa lelaki utusan langit itu tak pernah membenarkan penyembahan demikian. Hal ini karena mereka mengkritisi akan kehidupan keberagamaan yang mereka akan yakini Lalu akhirnya mereka mencari dan menemukan kisah yang sebenarnya dari prosesi penyembahan itu. Bahwa bukan Matahari, pohon, gunung ataupun hewan yang disembah, tapi meniscayakan menyembah sang pemilik, penguasa matahari, pohon, gunung dan hewan-hewan. Tuhan yang tuggal.
---Kebenaran kadang laksana emas yang tersembunyi dalam tanah, kebenaran menjadi suatu hakikat yang harus digali oleh manusia.---
Rabu, 25 Desember 2013 | By: Unknown

Siapakah Pengganti Sang Penggembala Agung?

Suatu ketika ada seorang Penggembala yang begitu menyayangi Hewan gembalaannya. Sepenuhnya sibuk memikirkan gembalaannya. Diharapkannya semua hewan gembalaannya itu terjaga dan aman untuk tidak dimangsa oleh Serigala yang buas yang memang selalu mengincar gembalaannya. Namun tibalah suatu ketika dimana ia menyadari harus pergi meninggalkan gembalaannya. Lantaran Ia begitu menyayangi gembalaannya dan selalu berharap gembalaannya selamat dari terkaman Serigala maka ia tahu bahwa ia sangat perlu menitipkan gembalaannya ini kepada seseorang yang benar-benar bisa dipercaya menjaga gembalaannya ini.
***Menjadi Sang Penggembala***
Memang semasa hidupnya, Sang penggembala sejak kecil memang sudah menggembalakan hewan. Hal itu menjadi kebiasaannya ketika semasa kecil ia sudah menjadi yatim piatu. Ayahnya meninggal saat ia masih dalam kandungan serta Ibunya wafat setelah ia dilahirkan. Maka hiduplah ia dalam pengasuhan Pamannya yang begitu teramat mencintanya. Ia besar dalam pengasuhan pamannya dan pada saat itu ia diberikan beberapa hewan untuk digembalakan. Hasilnya ia menjadi penggembala yang baik. Saat tumbuh besar, ia kemudian mengikuti Pamannya membawa dagangan ke daerah di luar dari tempatnya selama ini hidup. Sehingga dengan belajar dari pamannya tentang berdagang, ia kemudian dipercaya oleh relasi pamannya yang punya usaha lebih besar. Seorang Saudagar perempuan yang kemudian hari menjadi istri yang teramat dicintainya. Pada akhirnya Sang Penggembala tadi yang kini ahli dalam berdagang menikah dengan Sang Saudagar Perempuan yang mengakui kejujuran dan keutamaan sifatnya.
Alkisah, dalam perjalanannya ia dikenal begitu baik, lembut, santun, jujur dan tegas. Sehingga pada suatu hari yang istimewa Ia didatangi oleh seorang utusan untuk dipilih menjadi Penggembala.Tentu saja tawarannya adalah menggembalakan semua gembalaan yang dimiliki Tuan dari Sang utusan tadi. Dengan sedikit gugup ia kemudian pulang ke rumahnya seakan merasa ketakutan telah didatangi oleh utusan yang hendak memberikannya tanggungjawab begitu besar. Ia kemudian menyakan ini pada istrinya. Lalu kemudian istrinya menyemangatinya, menguatkannya untuk menerima tanggungjawab itu. Ia pun kemudian menerima tanggungjawab itu untuk menggembalakan seluruh milik Sang Pemilik itu. Memang Semua yang ada disana adalah secara tidak langsung adalah miliknya Sang Tuan yang memilihnya untuk menjadi penggembala.
Kisah berlanjut, ia kemudian menjadi penggembala yang handal dikarenakan selalu diberi petunjuk melalui untusan Sang Tuan yang memiliki Gembala. Ia pun diperintahkan untuk mempersiapkan orang untuk bisa menjaga gembalan itu tetap aman dan jauh dari gangguan Serigala. Akhirnya ia memiliki seorang yang dianggapnya pantas untuk menggantikannya menjaga gembalaannya. Seseorang yang pada saat pertama kali ia diangkat menjadi Penggembala yang lebih dulu bersedia mengikutinya menggembala dan mengakuinya sebagai penggembala yang diamanahkan menjaga gembalaannya. Orang itu adalah sepupunya, anak dari paman yang mengasuhnya, yang kelak juga menjadi menantunya, suami dari putrinya yang dilahirkan oleh istrinya saudaar Perempuan tadi. Nah, sepupunya inilah yang hampir setiap saat mengikutinya menggembala disamping banyak teman-teman yang lain yang juga mengikutinya. Hanya saja, pada sepupunya itulah ia mengajarkan semua ilmu dan teknik menggembala yang baik dan bagaimana cara menjaga gembalaannya dari cengkraman Serigala. Terbukti beberapa kali ancaman Serigala selalu bisa diatasinya dengan bantuan sepupunya itu. Dan pada waktu itu gembalaannya dalam keadaan aman dari serigala yang ingin mencengkramnya.
Seiring berjalannya waktu semua ilmu yang dimiliki Sang Penggembala telh diajarkan pada sepupunya tersebut dan juga beberapa teman-temannya yang lain yang juga sering bersamanya. Tapi tetap tak seperti sepupunya yang juga menjadi ayah dari cucu-cucunya yang begitu dicintainya. Semua hal akhirnya tersampaikan, tentang bagaimana menggembala dengan baik. Sehingga tiba suatu ketika sang utusan dari Empunya gembala datang menyampaikan bahwa Sang Tuan mengharap Sang Penggembala datang menemuinya. Dan utusan tadi juga tidak lupa menyampaikan agar gembalaannya itu dititipkan pada orang yang bisa menggembalakannya dengan baik agar gembalan itu tidak dicengkram oleh Serigala. Mengingat Sang Gembala teramat mencintai gembalaannya bahkan gembalaan yang belum terlahirpun selalu saja difikirkannya, sehingga ia bertanya "Bagaimana gembalaanku jika saya meninggalkannya tanpaku?" adakah mereka tetap aman dari cengkraman serigala?. Lalu, sang utusan meyakinkannya bahwa apapunyang akan terjadi nantinya itu adalah yang seharusnya terjadi pada gembalaannya. Maka dari itu sebagai bentuk untuk menjaganya maka Sang Tuan pemilik gembala akan menitipkan gembalaannya kepada yang bisa menjaganya. Dan sang penggembala pun tahu tentang siapa yang bisa dipercayanya menggantikannya untuk menjaga gembala itu. Tentu saja, ia akhirnya memilih sepupunya itu. Bukan karena ia keluarganya saja, tapi memang karena sepupunya itu juga telah diajarkannya semua ilmu dan teknis menggembala serta dia mengetahuinya lewat kesehariaannya saat bersama-sama dirinya menggembala di padang yang luas. Sehingga akhirnya sang penggembala mengumumkan kepada teman-teman dan semua hewan gembalan yang ada di padang pada waktu itu selepas ia membawa gembalaannya menuju padang hijau yang begitu menakjubkan. Akhirnya, disampaikan bahwa ia akan pergi menemui sang Tuan pemilik. Oleh karena itu, akan dititipkan gembalaan kepada sepupunya itu. (Hal ini dikarenakan gembalaan membutuhkan penggembala untuk menjaga agar tidak tersesat sehingga dengan mudah bisa diterkam oleh Serigala). Alhasil semua teman-temannya memberi selamat pada sepupunya itu.
***Perginya Sang Penggembala***
Kini, tiba hari dimana Sang Penggembala harus benar-benar pergi menemui Tuan Sang Pemilik. Tapi kepergiannya kini hanya diantar oleh sepupunya dan ditemani keluarga dan beberapa temannya saja. Sementara temannya yang lain sedang berada di suatu tempat untuk memutuskan tentang siapa yang berhak diantara mereka menjaga gembalaan yang ditinggalkan ini. Disana mereka melakukan voting, dan terpilih salah seorang diantara mereka yang mengklaim diri sebagai pengganti untuk menggemabalakan apa yang ditinggal Sang Penggembala. Dalam pemilihan itu ada yang bertanya, "Wahai kamu, kenapa kita tidak mengantarkan Sang Penggembala itu yang sekarang akan menemui Tuan Sang Pemilik? Kenapa kita dibawa kemari dan dipaksa memilih penggantinya?". Lalu, satu diantara mereka berteriak geram. "Sungguh, memilih pengganti untuk menjaga penggembala lebih penting dari mengantarkan Sang Penggembala menemui Tuan Sang Pemilik. Ini teramat penting, dikarenakan tak boleh gembalaan ditinggal dalam keadaan tanpa gembala" katanya menggurui. Akhirnya mereka yang ada pada waktu itu ikut larut dan membenarkan apa yang mereka lakukan dan menganggap bahwa orang yang terpilih itu sebagai pengganti dari Sang Penggembala.
Keruwetan ini pun akhirnya menjadi perpecahan diantara gembalaan. Bagi sebagian gembalan yang memang sering bersama (dekat) denganSang Penggembala merasakan begitu sedih tak lagi ada Sang Penggembala. Sebagian dari gembalaan ini pun sadar bahwa kini hidup mereka akan terancam oleh terkaman serigala. Namun dalam kecemasan mereka, mereka tahu bahwa Sang Penggembala tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja tanpa ada yang menggantikannya untuk menjaga mereka dari Serigala. Sebagian gembala yang lain yang tak begitu faham akan apa yang terjadipun akhirnya dengan sukarela digembalakan oleh orang yang terpilih tadi dengan voting untuk diikuti. Sementara bagi sebagian gembalaan yang lain yang yakin bahwa ada pengganti yang sudah ditinggalkan oleh Sang Penggembala. Maka mereka sadar bahwa sepupu Sang Penggembalalah yang selam ini selalu beserta mereka dan menjaganya dari terkamn Serigala. Mereka sadar bahwa sepupunya itulah yang teramat dekat dengan Sang Penggembala dan tahu semua seluk beluk bagaimana menggembala dengan baik yang akan selalu menjaga gembalaannya dari cengkraman Serigala yang memang selalu mengintai. Alhasil, terpecahlah gembalaan ini selepas ditinggal oleh Penggembalanya. Sebagian besar digiring oleh pengganti hasil voting. Dan sebagian yang lain yang mendengarkan tentang siapa yang telah disiapkan mengganti Sang Penggembala dengan setia mengikuti Sang Sepupu yang ditetapkan oleh Sang Penggembala. Dimulailah babk baru dari gembalan ini, dimana sebagian besar yang tak begitu peduli akan kisah Penggembala yang sebenarnya sukarela mengikuti gembalaan yang lain yang menganggap hasil voting itulah yang menggantikan Sang Penggembala. Sementara sebagian kecil yang ada tetap setia dengan titah Sang Penggembala tentang siapa yang menggantikannya meskipun mereka kadang dikucilkan oleh sebagian besar gembalaan yang lain.

***Hanya saja, pada suatu tempat di suatu saat terbersit dalam hati Sang Penulis***
"Jika yang melakukan voting pada waktu itu menyadari bahwa memilih pengganti Sang Penggembala adalah lebih penting dari mengantarkan perjalanan penggembala menemui Tuan Sang Pemilik. Pastilah Sang Penggembala yang begitu menyayangi gembalaannya, bahkan tak ingin meninggalkan gembalaannya sebelum memastikan akan bertemu dengan gembalaannya kembali di tempat yang istimewa, tentu lebih akan memikirkan tentang pentingnya menetukan seorang pengganti bagi dirinya untuk menjaga gembalaannya dari cengkraman serigala dan bahaya apapun sepeninggalnya menemui Tuan Sang Pemilik. Karenanya Sang Penggembala telah menunjuk Sepupunya. Dan tentulah Sang Pengganti harus menyerupai dengan Sang Penggembala, yang tahu tantang ilmu menggembala dan tahu tujuan dari penggembalaan. Sang Penggati haruslah yang paling menguasai segalanya dibanding yang lainnya. Jika tidak, maka tak layak menggantikan Sang Penggembala Agung."

Sajak Untuk Para Pejuang

Meski kekecewaan kadang menampar,.
Tapi kebersamaan akan menjadi penawar.

Meski lelah kadang hinggap,
tapi kita tetap harus melangkah tegap.
 
Meski air mata kadang mewarnai,
tapi harus selalu ada yang bisa ditertawai.
 
Meski amarah kadang membuncah, 
tapi senyum harus tetap merekah.
 
Meski perjuangan kadang tertatih, 
tapi mimpi harus tetap kita raih.
 
Meski kadang rasa tersakiti, 
tapi kita tetap harus saling mengerti.
 
Meski kadang ada caci, 
tapi tak selamanya boleh ada benci.
 
Meski sekarag jarang bersama, 
tapi kita tetap jadi saudara.
 
Meski sekarang saling berjauhan, 
tapi kita tetap akan saling merindukan.
 
Meski jarang ada jumpa, 
tapi kita tetap akan tegur sapa.
 
Meski jalan kita berbeda, 
tapi perjuangan itu akan tetap ada.

Setiap perjalanan 
adalah pembelajaran.
 
Untuk kita kenang 
sebagai bahan renung.
 
Jangan pernah berhenti berjuang, 
karena kita adalah petarung.
 
Walau tak mampu capai sempurna, 
tapi tetaplah jadi orang berguna.
 
Hidup adalah proses, 
maka tetaplah jadi kaum progres.
 
Jangan lagi ada caci, 
karena kita tak pernah membenci.
 
Setiap masa akan terlahir generasi baru, 
maka jangan saling cemburu.
 
Biarkan mereka berkarya, 
karena itu akan membuat kita jaya.
 
Apapun hasil karyanya, 
itu adalah persembahannya.
 
Karena semua yang terlahir disini, 
pasti ingin memberi arti.
 
Sebagaimana kami, 
yang selalu ingin memahami.
 
Bahwa hidup adalah proses, 
maka wajar untuk saling protes.
 
Milikilah hati yang tangguh, 
dengan tutur kata dan perilaku yang tulus dan teguh.

Inilah SEPARATIS: "Kami SEPARATIS dan Kami BANGGA!!!"

SEPARATIS, sesuai namanya akhirnya secara status quo ia benar-benar memisahkan diri dari lembaga tempatnya bernaung. Hampir setahun yang lalu ia menyatakan diri tak lagi bernaung pada lembaga tempatnya terbentuk. Namun itu bukanlah sesuatu hal yang sepenuhnya buruk. Meskipun dipandang dari tujuan awal terbentuknya untuk memberi warna baru dalam lembaga itu, artinya ia harus tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lembaga itu. Tapi, bagi kami yang menjadi pelopor terbentuknya ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari lembaga yang juga kami anggap telah membesarkan kami. Yah, meskipun mungkin beberapa menganggap kami tak lagi pantas disebut bagian darinya.
Ini adalah sebuah kisah yang bermula 3 tahun lalu, sebenarnya lebih dari itu. Berawal dari keresahan dari teman-teman yang ada di lembaga tempat kami bertemu. Kala itu sudah setahun lebih kami bersama, pasca bertemu di tahun 2009 saat mengadakan pengkaderan. Jelas bahwa dalam lembaga atau apapun namanya, selalu ada sekat-sekat yang terbangun. Entah apakah itu besar, menonjol atau bahkan sekat yang hampir tak disadari. Tapi, waktu itu sekatnya memang sangat jelas dn disadari oleh teman-teman yang lain. Dari sana bermula keresahan karena teman-teman banyak yang merasa risih dan tersisih. Sedangkan dalam hemat fikir kami bahwa seharusnya lembaga ini menghilangkan sekat dan menyatukan dalam perbedaan. Namun, inilah kenyataannya. Kenyataan yang pada perkembangannya membentuk pertahanan baru dari rasa dan fikir yang dianggap mengancam bagi teman-teman angkatan 2009. Memang tidak semua kemudian tahu alur cerita dari terbentuknya SEPARATIS. Karena barangkali bisa dibilang ini adalah keresahan beberapa orang yang ada di sebuah lembaga yang ingin kembali menghimpun teman-temannya yang lain untuk bisa sama-sama lagi memajukan lembaga. Itu fikir kami yang masih begitu menggebu. Jujur, bahwa harapan kami besar dalam membentuk komunitas ini. Berawal dari kisah mereka yang kemudian menjadi pentolan utama dalam kisah ini. (Bisa dibaca; awal terbentuknya SEPARATIS.( http://splashurl.com/ku974nn).
Perjalanan waktu memang tak mampu sepenuhnya diterka oleh manusia. Itu adalah tanda diluar batas kemampuan kita. Namun jelas bahwa niat kami tulus membentuk SEPARATIS, yang walaupun kemudian hari beberapa orang benar-benar menganggap kami layaknya musuh yang semua kisahnya memberikan sumbangsi pada lembaga tak lagi dikenang. Barngkali itu sangat tidak adil untuk kami, tapi itu kami terima dengan senang hati dan penuh kebesaran hati. Toh, bagi kami tak perlu ada pengakuan yang berlebihan untuk apa yang telah diberikan. Cukup kita tulus memberi dan setelahnya dilupakan. Itu barangkali lebih akan menjaga bahwa pemberiaan itu akan lebih termaknai tanpa pamrih.
Kami SEPARATIS, hari ini telah genap usia 3 tahun dari awal terbentuknya. Memang masih jadi polemik di lembaga yang membesarkan kami tentang kenapa sikap kami memilih keluar dan memisahkan diri secara status quo. Maka kami sedikit memberikan penjelasan. Seseungguhnya bukanlah SEPARATIS yang memisahkan diri dari lembaga ini, tapi lantaran kami orang-orang yang membentuknya yang menarik diri dari lembaga dan secara tidak langsung juga membuat SEPARATIS ikut tercerabut dari tempatnya terbentuk. Yah, kami memilih jalan ini lantaran dalam hemat kami setelah mempertimbangkan segala kondisi yang ada, dimana kami tak cukup kuat untuk bertahan dan kami menakar bahwa dengan kondisi tersebut justru hanya akan merusak kinerja lembaga lantaran pada saat itu memang kondisi psikologis dan emosional kami dibenarkan oleh nalar kami untuk tidak mungkin lagi bertahan meneruskan kinerja yang diamanahkan kepada kami, orang-orang yang membesarkan SEPARATIS.
Tentu ada banyak alasan yang kami punya kenapa mengambil kesimpulan dan memilih mundur dari lembaga itu. Sebuah keputusan yang memang kami sadari teramat berat dikarenakan jelas bahwa kemudian hari banyak yang menilai buruk atas keputusan itu. Tapi, sungguh keputusan itu bagi kami adalah jalan terbaik agar lembaga tetap berjalan dalam roda kepengurusan dan kamipun tak terbebani lebih jauh dengan kondisi yang tak memungkinkan kami bekerja dengan baik. Ingin kami sampaikan bahwa sesungguhnya itu bagi kami merupakan proses menyadari diri bahwa beberapa orang di lembaga itu tak mampu menerima kami, dimana di saat bersamaan kami juga tak mampu menahan sakit yang terus akan menggerogoti kami ketika memilih bertahan. Yah, memang sebuah kondisi yang sulit bagi kami. Dan kamipun memilih untuk tidak lagi berada dalam lembaga dengan maksud hijrah untuk membuat suasan emosi, psikologi dan nalar kami kembali stabil. Toh, akhirnya hari ini kami sudah tidak lagi merasakan sakit atas apa yang pernah kami alami.
Semua cerita memang bagai hujan yang berderai menitih jatuh di belahan bumi. Berkumpullah titik-titik air itu sebagai tokoh-tokoh yang dipertemukan untuk memulai suatu perjalanan menuju sebuah muara yang akan mengantarkannya ke laut nan luas, dunia tempat mereka memulai perjalanan menitih kisah-kisah baru yang lebih menakjubkan. Sebagaimana SEPARATIS hari ini. Pertemuan orang-orang yang memang secara kebetulan dihubungkan menuju perjalanan mengukir kisah di masa-masa yang akan datang. Hari ini SEPARATIS bukan hanya lagi sekedar untuk menghimpun pemuda-pemuda pada suatu lembaga yang terbatas pada angkatan 2009. Tapi menjadi komunitas baru dimana siapapun dengan latar belakang apapun bisa ikut menyatakan diri sebagai bagian dari SEPARATIS (Serikat Pemuda Radikal, Kritis dan Idealis). Yah, disini kita bisa berkumpul membenturkan ide, kritikan, dan cita-cita untuk masyarakat, bangsa, negara dan kemanusiaan. Sebuah tempat yang tak perlu ada sekat-sekat angkatan, senior-junior atau apapun anamanya yang hanya dapat melukai perasaan dan meruntuhkan nalar pemuda. Disini kita memiliki hak yang sama untuk berpendapat, memberikan sumbangsi ide dan apapun namanya yang sifatnya baik dan tetap dalam jalur logis, etis dan estetis. Semua akan diterima di SEPARATIS. Maka bergabunglah bersama kami (http://splashurl.com/m8oejaj).
---Kami SEPARATIS dan Kami BANGGA!!!---

Selasa, 24 Desember 2013 | By: Unknown

Kecewa adalah Bentuk Lain Dari Cintaku, Selain Kasih dan Sayang

Hari itu saya meninggalkan rumah pagi-pagi untuk beraktifitas di kantor dan mengurus beberapa hal yang menjadi tugas kantorku. Memang hari itu aktifitasku tak seperti hari biasanya yang bisa lebih cepat sampai di rumah sepulang dari kantor. Yah, hari itu banyak yang harus saya selesaikan di kantor, menjemput berkas di rumah nasabah. Saat itu memang sudah bukan lagi waktu kantor dikarenakan saya lebih cepat pulang saat di akhir pekan. Tapi, kali itu memang saya memilih untuk menyelesaikan semuanya secepat mungkin akibat kebasaanku yang suka melupakan kerjaanku saat sedang di rumah. Akhirnya saya memilih menyelesaikan berkas yang saya jemput untuk diedit pada hari itu. Tak peduli bahwa cuca tidak sedang bersahabat. Dan saya yang memang tidak suka membawa jas hujan terus saja menembus derai hujan yang menitih saat ittu dan hasilnya adalah saya basah kuyup sampai di rumah. Yah, barangkali itu jadi hari yang melelahkan buatku baru berada di rumah sesore itu.
Mungkin bagimu tak perlu tahu bagaimana kondisi tubuhku yang kuyup itu menggigil dingin. Tapi tetap saja saya meng'iya'kan permintaanmu untuk diantarkan malam itu. Seperti itulah bagimu untukku, apapun saya lakukan selama itu tidak membunuhku, bahkan barangkali jikapun itu akan membunuhku akan tetap saya lakukan. Akhirnya saya memilih untuk segera mandi agar kondisi tubuhku tidak terlalu menggigil untuk menahan suhu dingin di luar tubuhku. Hal ini saya dapatkan dulu keika membaca bahwa untuk mengimbangi kondisi tubuh agar tidak menggigil maka kita butuh menyamakan suhu tubuh dengan suhu luar tubuh. Dan itu sedikit berhasil membuatku tak menggigil lagi.
Malam itu saya datang, mengikutimu dari belakang menuju rumah teman yang akan kamu beri kejutan padanya dikarenakan hari itu adalah pengulangan tanggal kelahirannya. Tapi, kamu tak perlu tahu tentang bagaimana kondisi saya menembus malam itu yang memang masih menyisahkan gerimis selepas hujan sore tadi. Barangkali kamupun tahu rasanya.
Tak ada yang berbeda, saya senang melakukan itu semua. Apalagi itu permintaanmu. Maka akan aku turuti selama aku bisa. Dan sayapun datang. Tapi, akhirnya setelah acara dianggap selesai kita pun akhirnya pulang dan seperti permintaanmu saya mengantarkanmu pulang. Tapi, entah apa yang terjadi? sampai saat ini pun saya belum mengetahuinya. Tiba-tiba kamu berubah menjadi begitu dingin pada saya. Tak ada canda seperti biasanya. Hanya kata sekedarnya saja untuk menuntun kita pulang dikarenakan saya tak terlalu mengenal jalan pulang. Yah, entahlah apa yang ada dibenakmu waktu itu sehingga tiba-tiba menjadi begitu dingin. Fikirku mungkin karena memang cuaca pada waktu itu yang benar-benar dingin.
Sesampai di depan rumahmu akhirnya saya menyadari bahwa itu bukan karena pengaruh cuaca. Entahlah ada apa denganmu. Dan kaupun berlalu tanpa sebuah kata, tanpa tatapan ke arahku apalagi sekedar tersenyum Tak ada, tak seperti biasanya. Jujur, sikapmu itu menjadi satu serangan telak bagiku. Sikap diam itu laksana sebuah anak panah yang meluncur cepat dari busurnya membidik tepat di jantungku. Membuatnya seakan remuk dan menyayatku. Jujur, saya kecewa dengan itu.  Kecewa dengan sikap yang kamu tunjukkan padaku. Toh, saya tak mengerti apa yang terjadi. Tapi kekecewaanku masih saja meliputiku sampai saat ini.
Barangkali bagimu tak perlu tahu tentang bagaimana kecamuk perasaanku pulang ke rumah setelah mengantarkanmu ke rumahmu. Lalu kamu hanya berlalu tanpa kata.  Tanpa isyarat yang masih saja tak kumengerti. Yah, harusnya kamu tahu malam itu saya pulang dengan menahan rasa sakitku itu. Tapi saya tetap saja mencoba melawan kekecewaanku, lantaran masih saja berfikir kalau memang malam itu cuaca begitu dingin sehingga kamu harus segera berada dalam rumah secepat mungkin agar tubuhmu cepat hangat. Benar, saya mencoba memikirkan itu lantaran saya tahu bahwa kamu tak biasa keluar malam apalagi dengan cuaca sedingin itu ditambah lagi dengan kondisi ruang terbuka. Saya sangat tahu itu. Tapi, apa yang coba kufikirkan ternyata salah. Dan masih saja tak mengerti akan semua itu. Karena fikirku, kamu akan mengirimkan pesan padaku sebelum saya sampai di rumah layaknya apa yang sering kamu lakukan untuk memastikan bahwa saya benar-benar sampai di rumah. Tapi, tak ada pesanmu malam itu. Entah apa yang terfikir olehmu sampai mengabaikan untuk menanyakan kabarku.
Malam itu saya sampai di rumah sengaja memperlambat perjalanan pulang dengan mengambil jalur yang sengaja mengantarkan keliling sejenak menyusuri dingin-dingin yang pekat malam itu. Sekedar untuk mencoba membuang rasa kecewaku yang terus berkecamuk dalam diriku. Rasa kecewa yang sepertinya sedang membakar api amarahku begitu hebatnya. Akhirnya saya sampai di rumah, dan setelah melepas sepatu sebelum sempat duduk di kursi saya langsung merogoh saku mengambil telpon genggamku untuk bisa langsung membuka pesan darimu, fikirku. Alangkah kecewanya, saat harus menyadari bahwa tak ada pesan darimu disana, tak seperti biasanya. Saya harus kembali memadamkan api yang seakan bertambah besar membakarku dengan sugesti bahwa kamu sedang sibuk mengerjakan sesuatu atau barangkali lagi mengurus nenek yang ada di rumah beberapa hari ini. Dan itu sedikit membantuku untuk menahan luapan emosionalku.
Akan tetapi, entah apa yang ada di benakmu. Tapi saya yakin kamu takkan benar-benar lupa untuk mengirimkan pesan untukku. Makanya saya menunggu pesan itu, meskipun seharusnya saya sudah seharusnya istirahat lantaran seharian tak mendapatkan istirahat seperti biasanya. Lalu, apa yang kudapati tak sesuai dengan yang kuharapkan. Telepon genggamku akhirnya benar-benar berdering, segera saya raih berharap itu telepon darimu namun kenyataannya itu adalah serangkaian nomor telepon baru yang orang disana memintaku untuk membawa materi dini hari. Jujur saya harusnya menolak permintaan itu, tapi lantaran benakku ikut berkecamuk dari emosional dan psikologisku yang tak lagi stabil. Saya benar-benar tak peduli dengan kondisi tubuhku yang menggigil malam itu dan segera saja meng"iya"kan permintaannya. Fikirku itu akan membuatku melupakan amarahku yang meluap dan menghapus kecewaku terhadap kamu. Dan tanpa fikir panjang saya langsung bersiap kemudian berlalu menembus dinginnya malam menuju hangatnya forum yang memberikanku suasana yang sedikit membuatku melupakan kecewaku. Yah, disana semua telah saya lupakan. Saya telah memadamkan amarahku dan menghapus kecewaku padamu atas kejadian malam itu.
Memang benar jika malam itu saya berhasil melupakan kecewaku dan padamkan amarahku. Setelah berdiskusi panjang lebih dari lima jam yang menyita waktu tidurku hari itu yang emang sebenarnya tak mampu untuk terlelap lantaran fikirku yang dikotori rasa kecewa dana amarah. Jadi saya rasa waktu tidurku tak terbuang sia-sia malam itu meskipun esok harinya saya harus benar-benar menerima kalau kondisi tubuhku tak mampu menahan lelah dan kondisi suhu yang membuatku demam. Tapi tak ada penyesalan buatku untuk itu. Saya tetap senang melakukannya, melakukan sesuatu yang diminta orang lain saya lakukan untuknya.
Mengakhiri ini, saya masih saja belum tahu apa sebenarnya yang ada dalam fikirmu. Bahkan sampai saat ini pun kamu masih belum menjelaskan itu pada saya. Hanya saja yang perlu kamu tahu bahwa saya sudah melupakan kecewaku dan memadamkan amarahku serta memaafkan atas rasa sakit yang mungkin tak sengaja kamu berikan untukku. Akan tetapi, bagi saya sebelum ada pesan darimu berarti kamu memilih tetap diam dan itu sama ketika malam itu kamu hanya diam dan berlalu, lalu itu rasanya teramat menyakitkan. Saya bukan tidak menerimamu dengan seperti itu, tapi perjalanan kita masihlah panjang. Jika tidak belajar dari sekarang untuk mengerti maka akan banyak rasa sakit yang kita torehkan masing-masing. Maafkanlah jika saya bersalah, tapi sampai sejauh ini saya tak mampu mengeja makna dari diammu. Namun, demikian kamu harus tahu, bahwa kekecewaan, rasa sakit, amarah dan air mata itu terlahir dari cinta yang saya miliki untukmu. Cinta yang menuntut dirinya menyatu dengan sang kekasih yang menghilangkan perih dan mencipta bahagia. Yah, itu harapan terbesar dari cinta yang saya miliki untukmu.
---Kecewa, amarah bahkan benci adalah sesuatu yang terlahir dari Cinta. Menjadi bagiannya, sebagai simbol bahwa kita peduli---
Senin, 23 Desember 2013 | By: Unknown

Mencoba Meretas Makna Surat Alfatihah

ALFATIHAH adalah sebuah surat yang dimuliakan oleh Allah dengan menjadi surat yang wajib dibaca sebagai satu diantara rukun sahnya salat. Ada apa dengan Alfatihah? Kenapa ia dinamakan demikian padahal tidak ada ayat yang ada dalam surat ini yang menyebutkan Alfatihah?
Menurut yang saya yakini tidak akan mungkin sesuatu itu dinamakan tanpa maksud didalamnya. sehingga apa yang pernah saya temukan coba saya bahas disini.
ALFATIHAH merujuk kepada nama-nama yang dimaksud “sirat-al mustaqim” (jalan orang-orang yang lurus). Nah jalan yang lurus dimaksud disana dijelaskan dalam penggalan ayat selanjutnya. “Sirat al-ladzina an amta alaihim. Ghoyiril magduw’bi alaihim wa la dholliyna.” (yaitu, jalan orang-orang yang engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat).
ALFATIHAH disini adalah penggalan nama-nama (mereka) yang dimaksud sebagai jalan yang lurus. “Alif” “Lam” “Fa” “Ta” “Ha” Ha”. Mereka adalah nama-nama Ahlu Kisa’ yang disebutkan dalam beberapa hadis, ataupun Ahl Bayt yang dimaksud dalam Surat Al Ahzab:33. Mereka adalah ALMUSATAFA, ALI, FATIMAH, HASAN DAN HUSAIN.
Mereka adalah orang-orang yang diperuntukkan sebuah surat, orang-orang yang jalannya kita minta ditunjuki oleh Allah setiap kali memulai salat kita.
Mereka adalah orang-orang yang disampaikan salawat (salam keselamatan) atasnya setiap akan mengakhiri salat kita. Betapa tinggi dan suci derajat mereka di sisi Allah dan manusia, sehingga sebuah surat diperuntukkan atas mereka dan menjadi rukun dalam salat. Nama-nama yang selalu dido’akan dalam salawat yang tidak sah salat tanpa salawat.
Lalu dimanakah kita tempatkan posisi mereka jika bukan pada kemulian dan mencari jalan yang telah mereka tempuh? #Renungkanlah!!!
Minggu, 22 Desember 2013 | By: Unknown

Memberi ucapan Natal, 'selamat' atas Kelahiran "Yesus", Isa Putra Maryam Al Masih As.

Memang menjadi polemik di tengah umat islam saat ini tentang bagaimanakah hukum mengucapkan selamat atas kelahiran Yesus, Isa Putra Maryam Al Masih As. Tak tanggung-tanggung difatwakan oleh beberapa Ulama bahwa mengucapkan hal demikian adalah haram hukumnya. Sehingga bagi beberapa masyarakat awam pun yang sangat taat dengan fatwa-fatwa tanpa kritis terhadapnya langsung saja menerimanya. Tapi beberapa Ulama yang lain pun membolehkan hal tersebut, bahkan ada yang menganjurkan untuk memberi ucapan selamat demikian.
Nah, jika demikian hal yang terjadi maka yang mana akan kita pilih untuk diikuti? Bagi saya, sesuatu itu harus selalu dikritisi agar kita mmiliki landasan yang bisa dipertanggungjawabkan atas pilihan itu. Menolak mengucapkan ataupun membolehkan bahkan menganjurkan adalah sesuatu yang emmiliki landasan masing-masing. Bagi yang menolak (haram) untuk mengucapkan beralasan bahwa itu tidak ada budaya dari islam untuk hal seperti itu Dan katanya itu sama dengan meniru-niru suatu kaum dimana kita akan disamakan dengan kaum itu, yang lebih parahnya lagi katanya dengan mengucapkan itu bisa membuat akidah kita rusak.
Hal yang sedikit menarik bagi saya adalah apakah mungkin dengan mengucapkan itu bisa membuat akidah kita rusak? Bisa membuat kita sama dengan mereka yang mengucapkan itu sebagai budayanya? Barangkali memang akan benar itu bisa merusak akidah bagi mereka yang memiliki akidah dalam memahami islam lemah. Artinya orang tersebut memang tak memahami makna dari apa yang diucapkannya itu sebenarnya. Karena bagi saya, mengucapkan selamat atas kelahiran 'Yesus' itu tidak akan mempengaruhi akidah menjadi rusak, justru malahan membuat keyakinan saya akan islam lebih mendalam. Lebih memaknai bagaimana pnghormatan kita terhadap 'Yesus" sang utusan Tuhan dengan segala mukjizat yang diberikan atasnya. Mungkin saja Ulama yang mengeluarkan fatwa ini (mengharamkan) memiliki akidah yang lemah sehingga takut akidahnya rusak dengan ucapan seperti itu. Jadi untuk yang memang merasa akidahnya lemah, bolehlah mengikuti saran (fatwa) Ulama seperti ini.
Akan tetapi, bagi saya mengucapkan selamat natal atas kelahiran Yesus tidak merusak akidah saya (inshaAllah) dan saya memilih untuk mengikuti ulama yang membolehkan mengucapkan selamat natal ini. Saya bahkan juga ikut menganjurkannya diucapkan sebagai bentuk penghormatan kita dan berbahagianya pada hari dilahirkannya 'Yesus' Isa Putra Maryam. Karena dengan begitu kita akan bisa kembali mengurai siapa sebenarnya Yesus itu dalam pandangan islam dan bagaimana kita memperlakukannya. Lalu saya kembali membuka QS. Maryam (Al Qur'an) untuk kembali mengingat sejarah kelahirannya.
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari wafatku dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. Itulah Isa putra Maryam yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya" (QS. Maryam 33-34.) ini dua ayat dalam surat tersebut yang membuatku memilih untuk mengucapkan selamat atas kelahirannya. Bagi saya, ayat ini menjadi bukti bagaimana kita memperlakukan Sang Yesus.  Ini adalah ucapan-ucapan Yesus yang dimuat kembali dalam Al Qur'an dimana pada saat itu ia baru saja terlahir ke dunia ini. Betapa ini sebuah mukjizat baginya bisa berbicara ketika ia masih memerah bayi. Mampunya Yesus berbicara adalah kehendak Tuhan atasnya agar ia menjelaskan pada kaumnya bahwa Ibunya, Bunda Marya (Maryam As) adalah bukan pezina sebagaimana tuduhan orang atas kelahiran Yesus tanpa Bapak. Maka bagi mereka yang beriman pada waktu itu berbahagia dan memberi ucapan selamat atas kelahiran Yesus, utusan yang dinantikan. Tapi bagi mereka yang ingkar, ini adalah berita buruk yang membuatnya tak berbahagia dan enggan untuk memberi ucapan selamat atas kelahirannya.
Bagi saya, tidak jadi masalah dikatakan menjadi serupa dengan orang yang mengucapkan selamat atas kelahiran Yesus, karena saya yakin bahwa mereka yang pernah mengucapkan itu pada saat Yesus terlahir adalah orang yang beriman dan menjadi kabar gembira bagi mereka. Berbeda dengan merka yang pada waktu lampau menolak untuk mengucapkan selamat dikarenakan mereka ingkar dan menganggapnya sebagai berita yang buruk. Bagi saya, saran (fatwa) ulama yang mengharamkan akan saya abaikan lantaran saya meahami dan yakin bahwa kedudukan Yesus adalah Nabi di sisi Tuhan yang kelahirannya adalah kabar gembira bagi mereka yang beriman dan kabar buruk bagi mereka yang ingkar. Tak apalah bagi saya dihukumi sesat lantaran tidak mengikuti saran (haramnya) mengucapkan selamat atas kelahiran Yesus, dikarenakan saya begitu mencintai Yesus sebagaimana mencintai para utusan Tuhan yang telah berjuang menegakkan keadilan dan memerdekakan manusia. Sang Yesus yang akan kembali turun ke Bumi setelah diangkat dan diselamatkan Tuhan agar menjadi saksi atas kekliruan manusia memperlakukan dirinya. Olehnya, saya akan mengucapkan selamat Natal, selamat atas kelahiran Yesus, Isa Putra Maryam Al Masih As.
"Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya dan pada hari ia dibangkitkan kembali" (QS. Maryam; 15)

"Mushaf Fatimah”, Benarkah Al Qur’an Berbeda Milik Syi’ah?

Sebagian besar umat muslim menyandarkan ‘Mushaf Fatimah” sebagai Al Qur’an berbeda yang dimiliki oleh Kalangan Penganut Mazhab syiah. Meskipun berulang kali dijelaskan bahwa keyakinan akan Al Qur’an berbeda itu adalah sesuatu yang zindik dan menyimpang dari ajaran Islam tetap saja selalu ada yang memaksa Pengikut Mazhab Syiah untuk mengakuinya sebagai Qur’an yang berbeda dan dengan itu mereka mencoba menfatwahkan Syiah telah menodai ajaran agama Islam. Padahal, jika kita mau menilai dengan benar justru orang-orang yang demikian (memfitnah dengan mengatakan ada Al Qur’an berbeda “Mushaf Fatimah”) yang justru menodai kesucian dari Al Qur’an yang dijamin oleh Allah takkan berubah karena Allah pula yang menjaganya.
Telah dijelaskan bahwa Mushaf Fatimah adalah lembaran-lembaran yang dituliskan oleh Imam Ali bin Abi thalib As atas pengetahuan yang didapatkan Fatimah Az Zahra As dari Malaikat yang datang menghiburnya semasa hidupnya yang kurang lebih 75 hari setelah wafatnya Ayahanda tercinta Nabi Muhammad Saww. Dan mushaf ini secara turun temurun diberikan kepada Para Imam As (12 Imam yang diyakini Syiah).
Pertanyaan selanjutnya yang biasa dilontarkan oleh kebanyakan orang yang mengalami ‘kecerobohan intelektual’ sehingga biasa memfitnah (saya katakan demikian, karena orang seperti ini tidak mencoba memahami sesuatu itu dengan baik tapi berani menghukumi (salah)) yaitu “Kenapa mushaf ini disembunyikan oleh Imam Syiah?” (Pada posisi ini mereka masih meyakini bahwa itu adalah al qur’an berbeda yang dimiliki syiah).
Dari pertanyaan yang biasa dilontarkan ini, saya mencoba mengkaji dengan segala referensi yang ada. Dan akhirnya darinya saya mendapatkan kesimpulan yang bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kita semua. Dalam proses pencarian itu saya mencoba mencari sumber tentang keberadaan Mushaf Fatimah ini (berharap bisa menemukan dan membandingkannya dengan Al Qur’an dan memperlihatkannya pada mereka yang masih meyakini fitnahnya). Tapi sejauh saya berusaha, saya tak bisa mendapatkannya. Tapi, ini memuculkan pertanyaan yang mendalam bagi saya. menurut saya, jika mushaf ini diyakini oleh syiah sebagai sebuah catatan yang memiliki keontentikan dari Putri Nabi Saww, kenapa syiah sendiri tidak mampu menemukan dan membacanya bahkan sekedar untuk menjadi bukti bahwa kitab itu memang bukan al qur’an (yang berbeda) yang diyakini oleh syiah.
Penelusuran saya akhirnya berbuah, saya memiliki kesimpulan untuk itu. Demikianlah saya akan uraikan kesimpulan yang saya dapati dari hal tersebut.
1. Mushaf Fatimah adalah bukan Al Qur’an berbeda yang dimliki Syiah, melainkan kumpulan catatan yang dituliskan oleh Imam Ali As atas pengetahuan yang disampaikan Malaikat kepada Putri Nabi Saww, Fatimah Az Zahra saat datang menghiburnya.
2. Mushaf Fatimah adalah catatan otentik dari Imam Ali As yang diwariskan secara turun temurun kepada Para Imam sesudahnya sampai kepada Imam Mahdi Af (12 Imam yang diyakini Syiah pelanjut risalah kenabian).
3. Mushaf Fatimah mengandung banyak pengetahuan mengenai hal yang terdahulu dan akan datang yang diceritakan oleh Malaikat kepada Fatimah Az Zahra.
4. Mushaf fatimah adalah warisan pengetahuan bagi Para Imam (12 Imam) sebagai landasan bahwa mereka harus memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari manusia yang lain.
5. Mushaf Fatimah tidak diperuntukkan untuk semua manusia, karena ia merupakan warisan secara turun temurun yang hanya dimiliki oleh Imam zaman.
6. Mushaf Fatimah menjadi dalil (bukti) untuk penganut mazhab syiah yang meyakini Para Imam memilki tingkat kesucian dan pengetahuan yang tinggi, luas lagi mendalam tentang Islam, semesta dan hal yang sifatnya ghaib.
Demikianlah yang saya dapatkan dari hasil perenungan (pencarian, pengkajian dan penilaian). Semoga bermamfaat dan memberikan stimulus baru bagi kita untuk mengkaji lebih jauh lagi tentang Mushaf Fatimah ini yang seringkali jadi bahan fitnah bagi kalangan Syiah. Semoga kita bisa lebih banyak berfikir sebelum melakukan tuduhan!. (Salawat)
Rabu, 18 Desember 2013 | By: Unknown

Filosofi Sumpit

Mengunjungi Kedai yang menyediakan makanan khas Negeri Matahari Terbit, Jepang  tentu kita tak akan asing dengan alat makan yang dipakai disini. Sebut saja ia sumpit. Alat makan yang terbuat dari kayu memanjang ini memang selalu disiapkan untuk digunakan dalam menyantap hidangan masakan Jepang. Memang bukan sebuah syarat yang harus dilakukan sih utnuk menikmati makanan khas Jepang. Tapi sepertinya memang sudah menjadi budaya yang juga telah secara tak sengaja dan tanpa sadar turut kita lakukan saat berada di tempat makan khas jepang ini.
Sebenarnya, tidak hanya orang jepang saja yang memakai sumpit dalam keseharian mereka dalam menyantap hidangan makanan. Tapi beberapa negara Asia juga menggunakan itu. Yah, negara-negara yang saling berdekatan satu sama lain, seperti cina, korea, bahkan thailand dan myammar.
Tapi, sore tadi saya sedang berada di Kedai makanan khas Jepang. Bukan yang pertama kali sih saya datang untuk mencicipi masakan khas Jepang ini. Tapi, masih saja membuatku belum terlalu ahli dalam menggunakan sumpit untuk menyantap makanan ini. Bahkan saya masih ingat saat pertama kali datang untuk mencoba mencicipi makanan khas Jepang ini yang sudah tersebar di banyak tempat di kota tempat saya tinggal sekarang ini. Ketika itu saya tetap menggunakan sendok yang menurutku lebih mudah digunakan menyantap makanan yang disediakan di depanku. Tapi, belakang setelah beberapa kali sempat berkunjung ke tempat makanan khas ini saya mulai belajar menggunakan sumpit untuk menyantap makanannya. Tidak mudah dan juga tidak sulit. Akhirnya saya juga sdah bisa menggunakan sumpit meskipun masih belum selincah orang-orang yang memang berasala dari negara yang menggunakan sumpit itu seperi yang biasa kita saksikan di televisi. Setidaknya saya sudah bisa menggunakannya, dan sepertinya secara tidak sengaja ikut membuadayakan menggunakan sumpit saat menikmati makanan khas jepang yang hendak disantap.
Sesuatu yang menyita perhatian saya kali ini adalah bukan tentang kemampuan saya yang sudah mampu menggunakan sumpit. Tapi ada satu hal yang mengusik benakku. Kenapa sumpit ini masih digunakan sebagai alat menyantap makanan? bukankah alat baru yang lebih canggih dan lebih memudahkan kita untuk menyantap makanan yang dihidangkan sudah ditemukan dan dipakai di banyak negara di seluruh dunia? seperti seperangkat alat makan yang bisa kita temukan sehari-hari di rumah atau di semua tempat makan yang ada, misal sendok dan garpu ditambah piasu untuk memotong. Yah, sumpit itu kini membuatku berfikir lebih dalam. Apa yang istimewa dari sepasang alat makan itu?
Setelah melalui gejolak di benakku yang membenturkan banyak kemungkinan serta ditambah dengan analisis sederhana, saya mencoba mengkajinya secara filosofis. Mungkin cenderung spekulatif tapi ini bisa dibuktikan dengan fakta yang ada. Dan inilah hasil kesimpulan saya untuk sementara.
1. Sumpit adalah Kesetiaan.
Sumpit dua bilah kayu sebagai warisan dari budaya orang-orang yang terdahulu dan tetap dijaga dan digunakan dalam kehidupan masyarakatnya sampai sekarang meskipun telah banyak alat makan yang lebih memudahkan kita untuk menikmati makanan. Bagi saya ini adalah lambang kesetiaan oran-orang yang menggunakannya sebagai bentuk penjagaan terhadap apa yang ditinggalkan leluhurnya. Dan ini pun terbukti pada masyarakat yang menggunakan sumpit seperti jepang, korea dan cina dimana masyarakat masih menjaga peninggalan-peningalan sejarah bangsanya meskipun peradaban berkembang dalam modernisasi. Tapi kita bisa tetap melihat begitu banyak bangunan bersejarah yang dirawat baik oleh mereka sebagai bentuk kesetiaan menjaga warisan leluhur.
2. Sumpit adalah Kesederhanaan.
Sumpit tetaplah menjadi alat makan yang menurut saya begitu sederhana. Dari dulu sampai sekarang hanya berbentuk memanjang dan terbuat dari kayu. Kalaupun ada sekarang yang disintetis dari plastik, itu tidak mengubah bentuk yang tetaplah dalam bentuknya semula, yakni memanjang. Sebuah bentuk yang begitu sederhana untuk melengkapi mamfaatnya sebagai alat makan.
3. Sumpit adalah Anti Keserakahan.
Bagi kita yang pernah menggunakan sumpit untuk menyantap makanan, maka kita akan menyadari bahwa kita hanya bisa mengambil makanan yang bisa dijangkau oleh sumpit itu. Seperti makanan yang bisa didapatkan oleh jangkauan sumpit tentu dengan ukuran yang bisa membuatnya berpindah dari meja makan ke mulut kita. Karena mustahil bagi kita memindahkan makanan dari tempatnya menggunakan sumpit dengan ukuran yang berlebih. Jadi yah hanya ukuran yang sesuai saja dengan yang bisa diangkutnya yang akan kita nikmati.
4. Sumpit adalah Anti Kekerasan.
Barangkali kita akan sangat memahami bahwa sumpit yang digunakan hanyalah sepasang kayu yang dipakai untuk menjempit makanan yang hendak disantap. Dalam hal ini bisa dibandingkan dengan alat makan modern yang cenderung bisa dipahami sedikit sadis dengan menggunakan garpu dan pisau yang bertujuan untuk memotong-motong makanan dan menusuk-nusuk makanan sebelum disantap. Dengan sumpit bahkan dipercaya menjadi cara menghormati makan yang hendak disantap dengan tidak menggunakan kekerasan. Yah, menggunakan sumpit akan terlihat lebih lembut dan anti kekerasan.
5. Sumpit adalah Kesadaran Keterbatasan.
Dengan menggunakan sumpit ini akan memberikan kita sebuah kesadaran akan keterbatasan. Yah, menggunakan sumpit untuk menyantap sup tentu saja akan sangat menyulitkan bagi kita menggunakannya untuk bisa mencicipi air kaldu dari sup itu. Hanya isi dari supnya saja yang bisa kita nikmati menggunakan sumpit. Dari sini akan menyadarkan kita makna keterbatasan, bahwa dalam hal tertentu ada sesuatu yang diluar kuasa sumpit, di luar kuasa kita.
6. Sumpit adalah Keterikatan.
Sumpit adalah sepasang. Ia hanya bisa digunakan apabila ada dua (sepasang). Jika tidak maka yang lain tak mampu melakukan fungsinya dengan benar bahkan tak bermakna apa-apa. Makanya sumpit menjadi sepasang yang saling melengkapi satu sama lain. Dan akan selalu begitu.
Barangkali, ini enam makna filosofis yang untuk sementara saya dapatkan dari memikirkan tentang sumpit yang saya gunakan untuk makan sore tadi.
---Sebagaimana makna Iqra, maka Kita bisa belajar makna kehidupan dari apapun itu, termasuk dari sepasang Sumpit---

*Terinspirasi dari sepasang sumpit yang kugunakan menyantap makanan

Bahasa Hati, Itu yang Utama

Mungkin orang yang baru bertemu dengannya akan menganggap ia memiliki kekurangan dan tidak menjalani hidup normal seperti manusia lainnya. Beliau memang mengalami gangguan pada saraf lidahnya hingga tak mampu menggerakkannya dengan baik yang mengakibatkannya tak bisa melafalkan apa yang ingin disampaikannya secara verbal layaknya manusia pada umumnya. Cerita yang saya dengar dari orang-orang terdekatnya, bahwa beliau pernah mengalami sakit semasa kecilnya yang mengakibatkan demam tinggi dan bahkan itu hampir merenggut nyawanya, tapi alhamdulillah Tuhan lebih menyayanginya untuk hidup, untuk bertemu dan menyayangimu atau tepatnya menunjukkan bagaimana kasih sayang dari seorang manusia yang dianggap memiliki kekurangan. Dan karena sakit itulah sepertinya yang telah memberikan gangguan pada saraf lidahnya sehingga tak mampu fasih berbicara layaknya manusia pada umumnya.
Meskipun beliau tak mampu melafaskan dengan baik apa yang ingin disampaikannya, tapi orang-orang terdekatnya selalu tahu apa yang hendak disampaikannya. Toh, bahasa itu memang sifatnya absurd. Bisa menggunakan perbendaharaan kata apa saja, yang jelas dan yang utama adalah makna yang ingin disampaikannya itu tersampaikan. Jadi bagi saya, tak perlu dengan kata-kata yang mampu disampaikan dengan verbal sangat baik yang jelas maknanya bisa kita mengerti. Sederhana dan tersampaikan, itu saja yang penting. Lagian, barangkali banyak yang justru dengan kemampuan verbal yang baik untuk dilafalkan malah mengucapkan kata-kata yang cenderung kasar dan menyakiti hati yang lain, atau bahkan sangat tidak layak diucapkannya karena kata-katanya kadang tak memiliki makna apa-apa selain teramat buruk mempengaruhi orang lain.  Jadi, yah sampai disini saya mulai berfikir bahwa Tuhan memang sengaja untuk membuatnya tidak mampu berucap denga lafal verbal layaknya manusia kebanyakan, tapi di lain sisi Tuhan telah menjaganya dari ucapan yang buruk untuk dikatakan, lalu Tuhan memberikannya kemampuan yang lain untuk menggunakan bahasa hati dalam menyampaikan maksudnya.
Yah, bahasa hati itulah yang selalu ditangkap dari beliau. Kalau kita memahami bahasa itu adalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan makna, maka saya katakan bahwa bahasa beliau telah mampu menyampaikan betapa sayangnya ia dengan orang-orang yang berada di sisinya, termasuk kamu, perempuan yang kusayangi sekarang.
Bagaimana tidak, katamu beliau adalah satu diantara orang-orang yang begitu menyayangimu. Beliau adalah perempuan yang menjadi ibu kedua buatmu. Beliau selalu saja menganggapmu anak kecil, bahkan sampai sekarang setelah kamu menganggap dirimu sudah cukup besar untuk berfikir tentang banyak hal. Tapi toh di mata beliau kamu tetaplah anak kecil yang begitu disayanginya.  Seperti katamu, untuk melakukan tugas-tugas dapur (yang biasa dilakukan oleh seorang perempuan seumuranmu) misal memasak, membersihkan piring kotor, menyapu dan beberapa pekerjaan yang lain tak pernah dibiarkan oleh beliau untuk kamu lakukan jika sedang bersamanya.
Memang sih di lain sisi kamu merasa selalu diperlakukan anak kecil olehnya, tapi bagi saya itu adalah sebuah tanda sayangnya yang abadi buatmu. Yah, saya bilang abadi karena tak lekang oleh waktu, waktu tak mengubah rasa sayangnya padamu. Seperti yang kamu bilang, beliau mulai menyayangimu semasa masih kecil dimana kamu bertumbuh dibawah kasih sayang beliau dan sampai sekarangpun beliau meyayangimu sebagai anak kecil baginya. Itulah tanda sayang abadi yang disampaikan beliau lewat bahasa hati, yang meskipun tak pernah disampaikannya dengan lafal verbal selayaknya manusia normal lainnya. Tapi saya mengerti akan betapa dalamnya beliau meyanyangimu.
(Semoga beliau selalu berada dalam lindungan Tuhan, sebagaimana Tuhan telah melindunginya dari kata-kata buruk yang tidak perlu ia ucapkan)
---Bahasa Hati lebih termaknai daripada bahasa verbal sekalipun dengan retorika terbaik yang pernah diucapkan manusia. Karenanya bahasa hati adalah makna yang tak perlu diucapkan dengan kata tapi pembuktian ketulusan---

*Tulisan ini terinspirasi dari seorang perempuan yang menyayangi dengan ketulusan.
Senin, 16 Desember 2013 | By: Unknown

"99 Cahaya di Langit Eropa, adalah cahaya dari Timur"

Film yang patut mendapat apresiasi positif atas sebuah karya yang mampu menyisipkan begitu banyak nilai edukasi di tengah maraknya film produksi dalam negeri yang mengekploitasi kehororan yang sebenarnya lebih kepada sensualitas. 99 Cahaya Di Langit Eropa, ini judul filmnya. Film yang mengambil latar cerita dari eropa yang membut kita banyak belajar tentang nilai ajaran dari islam itu sendiri.
Film yang berdurasi lebih dari dua jam ini menyimpan nilai makna mendalam tentang kehidupan umat islam yang ada di belahan dunia ini. Satu di antaranya adalah cerita yang bermula dari wina, Jerman benua Eropa ini.
'Hanum' adalah sosok yang bercerita dalam film ini. Ia adalah seorang perempuan muslimah dari Indonesia yang tinggal di Eropa atas alasan mendampingi 'Rangga' (suaminya) dalam studi program doktoralnya (jenjang strata  tiga) di Universitas yang ada di Jerman. Kehidupan yang dijalani Hanum sebelumnya dirasaknnya membosankan sebelum ia bertemu dengan 'Fatma Pascha' seorang perempuan muslimah berasal dari Turki yang juga seorang istri dari 'Salim' dan Ibu dari "Aesya' gadis kecil yang ternyata menderita kanker.
Dalam perjalanan kisah Hanum yang bertemu dengan Fatma membuatnya banyak belajar tentang hakikat dari ajaran islam itu sendiri. Cahaya yang di temukan di Eropa, cahaya yang membuatnya melihat dari sudut berbeda saat menjadikan dirinya sebagai orang yang mengikuti ajaran islam.
Hal yang menarik dari film ini adalah diangkatnya sejarah tentang Panglima militer dari Dinasti Ottoman yang berpusat di Turki, Kara Mustafa Pascha.Saya pun baru mendengar nama ini. Akhirnya saya menangkap dari film ini bahwa dia adalah panglima perang yang memimpin ekspansi ke Timur Eropa yang mengakibatkan perang dan kekalahan baginya dengan menumpahkan banyak darah dan nyawa manusia pada waktu itu. Seorang Panglima Perang yang mengangkat pedang untuk menumpahkan darah banyak manusia dengan menggunakan simbol agama. Dimana pada akhirnya bangsa eropa di wina menganggapnya mewakili islam secara umum yang mencintai perang dan pertumpahan darah. Padahal islam adalah agama yang mengajarkan cinta kasih, rahmat bagi seluruh alam.
Dalam penggalan cerita selanjutnya mengungkapkan ternyata Fatma Pascha adalah masih keturunan dari Kara Mustafa Pascha. Dimana saat mengunjungi museum ia menangis. Menangis karena ia ditakdirkan menjadi keturunan dari seorang Panglima Militer yang telah menumpahkan banyak darah dan mengobarkan perang. Dimana menyebabkan pandangan bangsa jerman (Wina) menganggap simbol agama yang dipakainya identik dengan kekerasan dan terorisme. Tapi, air mata itu bukan bentuk penyesalannya atas takdir tersebut melainkan dorongan baginya untuk memperbaiki apa yang telah menjadi kesalahan dari Panglima Militer itu. Yah, ia menjadi pribadi yang berakhlak dan menyebarkan islam dengan kedamaian. Hal ini bisa disaksikan dari penggalan cerita dimana ia membayarkan menu makan siang dua pemuda jerman yang sebenarnya telah menghina dirinya, agama dan bangsanya (turki). Jika menurut kita, adalah pantas dan sangat wajar baginya untuk membalas keburukan dua pemuda itu dengan hal setimpal. Tapi itu tidak ia lakukan lantaran ia memahami hakikat dari ajaran agama ini. Berakhlak mulia.
Sosok Fatma yang dikenal Hanum inilah yang pada akhirnya juga mengubah pemahaman Hanum terhadap ajaran agama yang mengutamakan akhlak mulia. Hanum akhirnya membalas tetangga kamarnya yang menjengkelkan itu dengan membuatkannya menu makan siang yangb berhasil dibuatnya sendiri. Perilaku ini akhirnya membuat tetangganya tersenyum dan menghormatinya.
Sosok yang lain adalah Rangga, seorang muslim yang tetap teguh menjaga ajaran agamanya di tengah budaya yang mungkin bagi beberapa orang akan sangat mudah untuk meninggalkan keyakinannya. Tapi tidak baginya. Ia tetap teguh dengan ajarannya itu dan menjalankannya.
Tak kalah dari ibunya, Aesya gadis kecil yang mengenakan kerudung akan menyentak hati bagi perempuan dewasa muslimah yang menyaksikan film ini oleh sikap gadis kecil ini yang memilih dengan teguh untuk mengenakan kerudung sebagai kewajiban untuknya sebagai perempuan.
Tak hanya Jerman yang menjadi latar belakang dari film ini, adalah Perancis yang menjadi satu negara di Eropa yang menjadi latar belakang film ini. Di Perancis dalam perjalanan Hanum beserta suaminya Rangga, Ia bertemu dengan Marion seorang perempuan Perancis yang menjadi muallaf ketika di Jerman dan menjadi sahabat Fatma. Marion perempuan yang tekun mencari jejak peradaban islam di negaranya perancis. Dalam cerita ini dijelaskan lagi satu tokoh yang dikenal dunia, Napoleon Bonaparte. Dalam cerita ini diungkapkan bahwa Napoleon memluk agama islam sebelum matinya. Hal itu didasarkan pada bangunan-bangunan monumental yang didirikannya pada sebuah jalan yang lurus yang diberi nama "Jalan Kemengan". Jalan ini membentuk garis lurus imajiner membentang ke timur yang jika diperpanjang akan tepat menuju satu titik bangunan monumental, fenomenal dan memiliki nilai spiritual bagi setiap muslim di dunia. Ka'bah, adalah bangunan yang menjadi kiblat bagi umat islam di dunia ini. Hal ini, barangkali bisa jadi bukti kalau memang Napoleon Bonaparte benar memeluk islam. (ini perlu dicari referensinya lebih jauh).
Terakhir, bahwa film ini memiliki nilai edukasi yang tinggi terhadap ajaran islam yang dianut sebagian besar masyarakat di Indonesia. Sebagai sebuah film yang merupakan produksi anak negri maka ini layak untuk direkomendasikan untuk dinonton.
Sebagai sebuah kesimpulan bahwa film ini memberikan pelajaran akan makna "Akhlak" sebagai sikap yang diajarkan Tuhan melalui Nabinya. Dan menyampaikan kepada manusia bahwa islam adalah agama yang damai yang penuh cinta kasih.Rahmat bagi seluruh Alam. Tidak seperti Kara Mustafa Pascha yang telah menjadi Tokoh yang disimbolkan (dikaitkan) dengan ajaran islam yang telah dengan tega mengankat pedang, mengobarkan perang, menumpahkan darah dan merenggut nyawa manusia. Bukan seperti hal demikian yang harus kita tonjolkan sebagai umat muslim di mata dunia (manusia) agar tidak lagi dinilai sebagai teroris. Dikarenakan agama ini adalah berasal dari Tuhan yang penuh cinta kasih dan sayang. "Bismillah ar rahman ar rahim"  (Dengan Dia disebut (nama) Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang), menurut saya sudah cukup untuk meberikan pengertian betapa Tuhan mencitai kasih dan sayangnya. Lalu bagaimana mungkin kita akan berfikir untuk menumpahkan darah yang lain dengan mudah.
Berakhlah sebagaimana akhlak Tuhan, akhlak para Nabi. 
99 Cahaya Di Langit Eropa, adalah Cahaya dari Timur. Seberkas cahaya dari manusia-manusia suci yang telah mencontohkan ajaran islam menjadi cahaya yang telah melalui lorong-lorong waktu menembus pekat dan gelapnya sejarah. Ia menjadi berkas cahaya yang memancarkan kedamaian dan rahmat bagi sekalian Alam.
Jadilah cahaya-cahaya. Tak hanya di eropa tapi di seluruh benua.
---Jadilah Agen Islam yang menyebarkan senyum dan kedamaian---
Sabtu, 14 Desember 2013 | By: Unknown

Kenapa saya (memilih) memakai Badik?

Badik adalah senjata khas suku bugis-makassar yang ada di Sulawesi Selatan. Badik merupakan senjata yang dianggap sakral bagi masyarakat rumpun suku ini. Sebagai seorang anak laki-laki yang terlahir dari rumpun suku Bugis saya begitu tertarik dengan badik ini. Ia adalah sebatang besi yang dibentuk sedemikian rupa kemudian diberi gagang dan dilengkapi sarungnya yang dibuat dengan kayu yang dberi ukiran.
Pada zaman dulu (bahkan beberapa masih ada sampai sekarang) pembuatan badik dilakukan dengan begitu sakral, dan diyakini memiliki kekuatan tertentu dari cara pembuatan, segi ukuran dan ukiran dari badiknya dianggap mempengaruhi kesakralannya. Beberapa orang masih mempercayai bahwa badik memiliki kekuatan mistis. Dan seperti itu pulalah yang masih saya yakini sampai saat ini.
Seperti keyakinanku akan kesakralan badik, saya pun meyakini bahwa badik dengan ukuran dan ukirannya itu benar-benar memberi pengaruh secara psikologis maupun spritual bagi sang pemegang badik itu.
Tapi, bukan itu yang ingin saya jelaskan disini, saya ingin jelaskan tentang kenapa saya meyakini akan kesakralan badik itu. (InshaAllah nanti saya akan jelaskan di lain kesempatan di blog ini).
Fokusnya adalah, kenapa saya memilih memakai (nama) badik untuk blog ini. Yah, tentu saja satu diantara alasannya adalah karena saya adalah seorang yang terlahir dari kalangan rumpun suku bugis yang memiliki keyakinan akan kesakralan badik itu. Nama ini sebenarnya adalah nama dari Perpustakan Pribadi yang saya miliki dengan koleksi buku sudah mencapai ratusan. Waktu, itu saya mencari nama-nama yang unik yang bisa saya gunakan untuk perpustakaan pribadi saya itu dan akhirnya muncullah senjata khas suku bugis makassar ini sebagai sebuah akronim dari "Bahtera Dunia Ilmu dan Kebaikan". Olehnya, sebelum ini (sampai sekarang) saya memakai akronim BADIK ini sebagai nama perpustakaan pribadi saya.
Lalu kenapa saya menggunakannya juga untuk nama blog ini?
Sebenarnya sebelumnya saya sudah punya blog yang sudah saya kelola beberapa tahun lalu. Namun karena satu tahun yang lalu saya sempat vakum menulis di blog saya tersebut akhirnya saya lupa dengan kata sandi untuk masuk ke pengelolaan blog saya itu. Dan saya akhirnya hampir benar-benar vakum untuk menulis jika saja tak ada akun di kompasiana sebagai wadah menulis atau di jejaring sosial yang saya miliki. Bagi saya menulis adalah sebuah upaya membuat prasasti sebagai peninggalan sejarah perjalanan hidup manusia yang akan menjadi bukti bahwa kita pernah ada di dunia ini. Karena menurut saya, kita takkan mungkin mampu melalui lorong-lorong waktu untuk menyampaikan kepada setiap generasi bahwa kita pernah hidup jika raga kita sudah mati dan terkubur dalam tanah. Tentu saja, prasasti itulah yang akan melalui lorong-lorong waktu itu sebagai bukti bahwa kita pernah hidup dalam peradaban manusia.
Oleh karena semangat menulis yang ada dalam diri saya, serta semangat berbagi ilmu dan kebaikan yang saya yakini dari ajaran agama saya. Maka saya mencoba membangun sebuah Bahtera yang diharapkan mampu mengarungi samudera kehidupan yang begitu penuh gelombang dan karang terjal yang siap mengkaramkan Kapal-kapal yang ingin berlabuh di pulau-pulau impian. Dan saya kembali memilih memakai nama BADIK dengan harapan bahwa alur-alur pemikiran yang coba saya fahami sebagai sebuah ilmu dan kebaikan dari koleksi buku yang saya miliki dan saya baca dapat saya bagi kepada yang lain sebagai bahan untuk berdialektika, bekal untuk berdiskusi lebih jauh mendaki alam makna menuju maqam-maqam (tingkatan) para pencari ilmu.
Sebagai mana Badik dalam filososfi bugis sebagai sebuah senjata yang memberi pengaruh psikologis dan spirutual bagi pemakainya, maka badik inipun akan demikian. Karena (inshaAllah) saya membuatnya dalam keadaan memohon kepada Tuhan agar mamfaat dan menjadi bekal senjata bagi kita dalam melakukan pertarungan menaklukkan kehidupan yang dicemari oleh kebodohan dan kejahatan (sebagai lawan dari keberadaan ilmu dan kebaikan).
"Ilmu laksana Badik, menjadi perhiasan di kala senang dan pelindung di waktu susah"
(NurfajriMursalin)