Sabtu, 14 Desember 2013 | By: Unknown

Kenapa saya (memilih) memakai Badik?

Badik adalah senjata khas suku bugis-makassar yang ada di Sulawesi Selatan. Badik merupakan senjata yang dianggap sakral bagi masyarakat rumpun suku ini. Sebagai seorang anak laki-laki yang terlahir dari rumpun suku Bugis saya begitu tertarik dengan badik ini. Ia adalah sebatang besi yang dibentuk sedemikian rupa kemudian diberi gagang dan dilengkapi sarungnya yang dibuat dengan kayu yang dberi ukiran.
Pada zaman dulu (bahkan beberapa masih ada sampai sekarang) pembuatan badik dilakukan dengan begitu sakral, dan diyakini memiliki kekuatan tertentu dari cara pembuatan, segi ukuran dan ukiran dari badiknya dianggap mempengaruhi kesakralannya. Beberapa orang masih mempercayai bahwa badik memiliki kekuatan mistis. Dan seperti itu pulalah yang masih saya yakini sampai saat ini.
Seperti keyakinanku akan kesakralan badik, saya pun meyakini bahwa badik dengan ukuran dan ukirannya itu benar-benar memberi pengaruh secara psikologis maupun spritual bagi sang pemegang badik itu.
Tapi, bukan itu yang ingin saya jelaskan disini, saya ingin jelaskan tentang kenapa saya meyakini akan kesakralan badik itu. (InshaAllah nanti saya akan jelaskan di lain kesempatan di blog ini).
Fokusnya adalah, kenapa saya memilih memakai (nama) badik untuk blog ini. Yah, tentu saja satu diantara alasannya adalah karena saya adalah seorang yang terlahir dari kalangan rumpun suku bugis yang memiliki keyakinan akan kesakralan badik itu. Nama ini sebenarnya adalah nama dari Perpustakan Pribadi yang saya miliki dengan koleksi buku sudah mencapai ratusan. Waktu, itu saya mencari nama-nama yang unik yang bisa saya gunakan untuk perpustakaan pribadi saya itu dan akhirnya muncullah senjata khas suku bugis makassar ini sebagai sebuah akronim dari "Bahtera Dunia Ilmu dan Kebaikan". Olehnya, sebelum ini (sampai sekarang) saya memakai akronim BADIK ini sebagai nama perpustakaan pribadi saya.
Lalu kenapa saya menggunakannya juga untuk nama blog ini?
Sebenarnya sebelumnya saya sudah punya blog yang sudah saya kelola beberapa tahun lalu. Namun karena satu tahun yang lalu saya sempat vakum menulis di blog saya tersebut akhirnya saya lupa dengan kata sandi untuk masuk ke pengelolaan blog saya itu. Dan saya akhirnya hampir benar-benar vakum untuk menulis jika saja tak ada akun di kompasiana sebagai wadah menulis atau di jejaring sosial yang saya miliki. Bagi saya menulis adalah sebuah upaya membuat prasasti sebagai peninggalan sejarah perjalanan hidup manusia yang akan menjadi bukti bahwa kita pernah ada di dunia ini. Karena menurut saya, kita takkan mungkin mampu melalui lorong-lorong waktu untuk menyampaikan kepada setiap generasi bahwa kita pernah hidup jika raga kita sudah mati dan terkubur dalam tanah. Tentu saja, prasasti itulah yang akan melalui lorong-lorong waktu itu sebagai bukti bahwa kita pernah hidup dalam peradaban manusia.
Oleh karena semangat menulis yang ada dalam diri saya, serta semangat berbagi ilmu dan kebaikan yang saya yakini dari ajaran agama saya. Maka saya mencoba membangun sebuah Bahtera yang diharapkan mampu mengarungi samudera kehidupan yang begitu penuh gelombang dan karang terjal yang siap mengkaramkan Kapal-kapal yang ingin berlabuh di pulau-pulau impian. Dan saya kembali memilih memakai nama BADIK dengan harapan bahwa alur-alur pemikiran yang coba saya fahami sebagai sebuah ilmu dan kebaikan dari koleksi buku yang saya miliki dan saya baca dapat saya bagi kepada yang lain sebagai bahan untuk berdialektika, bekal untuk berdiskusi lebih jauh mendaki alam makna menuju maqam-maqam (tingkatan) para pencari ilmu.
Sebagai mana Badik dalam filososfi bugis sebagai sebuah senjata yang memberi pengaruh psikologis dan spirutual bagi pemakainya, maka badik inipun akan demikian. Karena (inshaAllah) saya membuatnya dalam keadaan memohon kepada Tuhan agar mamfaat dan menjadi bekal senjata bagi kita dalam melakukan pertarungan menaklukkan kehidupan yang dicemari oleh kebodohan dan kejahatan (sebagai lawan dari keberadaan ilmu dan kebaikan).
"Ilmu laksana Badik, menjadi perhiasan di kala senang dan pelindung di waktu susah"
(NurfajriMursalin)

0 komentar:

Posting Komentar