Mungkin orang yang baru bertemu
dengannya akan menganggap ia memiliki kekurangan dan tidak menjalani
hidup normal seperti manusia lainnya. Beliau memang mengalami gangguan
pada saraf lidahnya hingga tak mampu menggerakkannya dengan baik yang
mengakibatkannya tak bisa melafalkan apa yang ingin disampaikannya
secara verbal layaknya manusia pada umumnya. Cerita yang saya dengar
dari orang-orang terdekatnya, bahwa beliau pernah mengalami sakit
semasa kecilnya yang mengakibatkan demam tinggi dan bahkan itu hampir
merenggut nyawanya, tapi alhamdulillah Tuhan lebih menyayanginya untuk
hidup, untuk bertemu dan menyayangimu atau tepatnya menunjukkan
bagaimana kasih sayang dari seorang manusia yang dianggap memiliki
kekurangan. Dan karena sakit itulah sepertinya yang telah memberikan
gangguan pada saraf lidahnya sehingga tak mampu fasih berbicara layaknya
manusia pada umumnya.
Meskipun
beliau tak mampu melafaskan dengan baik apa yang ingin disampaikannya,
tapi orang-orang terdekatnya selalu tahu apa yang hendak disampaikannya.
Toh, bahasa itu memang sifatnya absurd. Bisa menggunakan perbendaharaan
kata apa saja, yang jelas dan yang utama adalah makna yang ingin
disampaikannya itu tersampaikan. Jadi bagi saya, tak perlu dengan
kata-kata yang mampu disampaikan dengan verbal sangat baik yang jelas
maknanya bisa kita mengerti. Sederhana dan tersampaikan, itu saja yang
penting. Lagian, barangkali banyak yang justru dengan kemampuan verbal
yang baik untuk dilafalkan malah mengucapkan kata-kata yang cenderung
kasar dan menyakiti hati yang lain, atau bahkan sangat tidak layak
diucapkannya karena kata-katanya kadang tak memiliki makna apa-apa
selain teramat buruk mempengaruhi orang lain. Jadi, yah sampai disini
saya mulai berfikir bahwa Tuhan memang sengaja untuk membuatnya tidak
mampu berucap denga lafal verbal layaknya manusia kebanyakan, tapi di
lain sisi Tuhan telah menjaganya dari ucapan yang buruk untuk dikatakan,
lalu Tuhan memberikannya kemampuan yang lain untuk menggunakan bahasa
hati dalam menyampaikan maksudnya.
Yah,
bahasa hati itulah yang selalu ditangkap dari beliau. Kalau kita
memahami bahasa itu adalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan
makna, maka saya katakan bahwa bahasa beliau telah mampu menyampaikan
betapa sayangnya ia dengan orang-orang yang berada di sisinya, termasuk
kamu, perempuan yang kusayangi sekarang.
Bagaimana
tidak, katamu beliau adalah satu diantara orang-orang yang begitu
menyayangimu. Beliau adalah perempuan yang menjadi ibu kedua buatmu.
Beliau selalu saja menganggapmu anak kecil, bahkan sampai sekarang
setelah kamu menganggap dirimu sudah cukup besar untuk berfikir tentang
banyak hal. Tapi toh di mata beliau kamu tetaplah anak kecil yang begitu
disayanginya. Seperti katamu, untuk melakukan tugas-tugas dapur (yang
biasa dilakukan oleh seorang perempuan seumuranmu) misal memasak,
membersihkan piring kotor, menyapu dan beberapa pekerjaan yang lain tak
pernah dibiarkan oleh beliau untuk kamu lakukan jika sedang bersamanya.
Memang
sih di lain sisi kamu merasa selalu diperlakukan anak kecil olehnya,
tapi bagi saya itu adalah sebuah tanda sayangnya yang abadi buatmu. Yah,
saya bilang abadi karena tak lekang oleh waktu, waktu tak mengubah rasa
sayangnya padamu. Seperti yang kamu bilang, beliau mulai menyayangimu
semasa masih kecil dimana kamu bertumbuh dibawah kasih sayang beliau dan
sampai sekarangpun beliau meyayangimu sebagai anak kecil baginya.
Itulah tanda sayang abadi yang disampaikan beliau lewat bahasa hati,
yang meskipun tak pernah disampaikannya dengan lafal verbal selayaknya
manusia normal lainnya. Tapi saya mengerti akan betapa dalamnya beliau
meyanyangimu.
(Semoga beliau selalu berada dalam lindungan Tuhan, sebagaimana Tuhan telah melindunginya dari kata-kata buruk yang tidak perlu ia ucapkan)
---Bahasa
Hati lebih termaknai daripada bahasa verbal sekalipun dengan retorika
terbaik yang pernah diucapkan manusia. Karenanya bahasa hati adalah
makna yang tak perlu diucapkan dengan kata tapi pembuktian ketulusan---
*Tulisan ini terinspirasi dari seorang perempuan yang menyayangi dengan ketulusan.
0 komentar:
Posting Komentar