Rabu, 18 Desember 2013 | By: Unknown

Filosofi Sumpit

Mengunjungi Kedai yang menyediakan makanan khas Negeri Matahari Terbit, Jepang  tentu kita tak akan asing dengan alat makan yang dipakai disini. Sebut saja ia sumpit. Alat makan yang terbuat dari kayu memanjang ini memang selalu disiapkan untuk digunakan dalam menyantap hidangan masakan Jepang. Memang bukan sebuah syarat yang harus dilakukan sih utnuk menikmati makanan khas Jepang. Tapi sepertinya memang sudah menjadi budaya yang juga telah secara tak sengaja dan tanpa sadar turut kita lakukan saat berada di tempat makan khas jepang ini.
Sebenarnya, tidak hanya orang jepang saja yang memakai sumpit dalam keseharian mereka dalam menyantap hidangan makanan. Tapi beberapa negara Asia juga menggunakan itu. Yah, negara-negara yang saling berdekatan satu sama lain, seperti cina, korea, bahkan thailand dan myammar.
Tapi, sore tadi saya sedang berada di Kedai makanan khas Jepang. Bukan yang pertama kali sih saya datang untuk mencicipi masakan khas Jepang ini. Tapi, masih saja membuatku belum terlalu ahli dalam menggunakan sumpit untuk menyantap makanan ini. Bahkan saya masih ingat saat pertama kali datang untuk mencoba mencicipi makanan khas Jepang ini yang sudah tersebar di banyak tempat di kota tempat saya tinggal sekarang ini. Ketika itu saya tetap menggunakan sendok yang menurutku lebih mudah digunakan menyantap makanan yang disediakan di depanku. Tapi, belakang setelah beberapa kali sempat berkunjung ke tempat makanan khas ini saya mulai belajar menggunakan sumpit untuk menyantap makanannya. Tidak mudah dan juga tidak sulit. Akhirnya saya juga sdah bisa menggunakan sumpit meskipun masih belum selincah orang-orang yang memang berasala dari negara yang menggunakan sumpit itu seperi yang biasa kita saksikan di televisi. Setidaknya saya sudah bisa menggunakannya, dan sepertinya secara tidak sengaja ikut membuadayakan menggunakan sumpit saat menikmati makanan khas jepang yang hendak disantap.
Sesuatu yang menyita perhatian saya kali ini adalah bukan tentang kemampuan saya yang sudah mampu menggunakan sumpit. Tapi ada satu hal yang mengusik benakku. Kenapa sumpit ini masih digunakan sebagai alat menyantap makanan? bukankah alat baru yang lebih canggih dan lebih memudahkan kita untuk menyantap makanan yang dihidangkan sudah ditemukan dan dipakai di banyak negara di seluruh dunia? seperti seperangkat alat makan yang bisa kita temukan sehari-hari di rumah atau di semua tempat makan yang ada, misal sendok dan garpu ditambah piasu untuk memotong. Yah, sumpit itu kini membuatku berfikir lebih dalam. Apa yang istimewa dari sepasang alat makan itu?
Setelah melalui gejolak di benakku yang membenturkan banyak kemungkinan serta ditambah dengan analisis sederhana, saya mencoba mengkajinya secara filosofis. Mungkin cenderung spekulatif tapi ini bisa dibuktikan dengan fakta yang ada. Dan inilah hasil kesimpulan saya untuk sementara.
1. Sumpit adalah Kesetiaan.
Sumpit dua bilah kayu sebagai warisan dari budaya orang-orang yang terdahulu dan tetap dijaga dan digunakan dalam kehidupan masyarakatnya sampai sekarang meskipun telah banyak alat makan yang lebih memudahkan kita untuk menikmati makanan. Bagi saya ini adalah lambang kesetiaan oran-orang yang menggunakannya sebagai bentuk penjagaan terhadap apa yang ditinggalkan leluhurnya. Dan ini pun terbukti pada masyarakat yang menggunakan sumpit seperti jepang, korea dan cina dimana masyarakat masih menjaga peninggalan-peningalan sejarah bangsanya meskipun peradaban berkembang dalam modernisasi. Tapi kita bisa tetap melihat begitu banyak bangunan bersejarah yang dirawat baik oleh mereka sebagai bentuk kesetiaan menjaga warisan leluhur.
2. Sumpit adalah Kesederhanaan.
Sumpit tetaplah menjadi alat makan yang menurut saya begitu sederhana. Dari dulu sampai sekarang hanya berbentuk memanjang dan terbuat dari kayu. Kalaupun ada sekarang yang disintetis dari plastik, itu tidak mengubah bentuk yang tetaplah dalam bentuknya semula, yakni memanjang. Sebuah bentuk yang begitu sederhana untuk melengkapi mamfaatnya sebagai alat makan.
3. Sumpit adalah Anti Keserakahan.
Bagi kita yang pernah menggunakan sumpit untuk menyantap makanan, maka kita akan menyadari bahwa kita hanya bisa mengambil makanan yang bisa dijangkau oleh sumpit itu. Seperti makanan yang bisa didapatkan oleh jangkauan sumpit tentu dengan ukuran yang bisa membuatnya berpindah dari meja makan ke mulut kita. Karena mustahil bagi kita memindahkan makanan dari tempatnya menggunakan sumpit dengan ukuran yang berlebih. Jadi yah hanya ukuran yang sesuai saja dengan yang bisa diangkutnya yang akan kita nikmati.
4. Sumpit adalah Anti Kekerasan.
Barangkali kita akan sangat memahami bahwa sumpit yang digunakan hanyalah sepasang kayu yang dipakai untuk menjempit makanan yang hendak disantap. Dalam hal ini bisa dibandingkan dengan alat makan modern yang cenderung bisa dipahami sedikit sadis dengan menggunakan garpu dan pisau yang bertujuan untuk memotong-motong makanan dan menusuk-nusuk makanan sebelum disantap. Dengan sumpit bahkan dipercaya menjadi cara menghormati makan yang hendak disantap dengan tidak menggunakan kekerasan. Yah, menggunakan sumpit akan terlihat lebih lembut dan anti kekerasan.
5. Sumpit adalah Kesadaran Keterbatasan.
Dengan menggunakan sumpit ini akan memberikan kita sebuah kesadaran akan keterbatasan. Yah, menggunakan sumpit untuk menyantap sup tentu saja akan sangat menyulitkan bagi kita menggunakannya untuk bisa mencicipi air kaldu dari sup itu. Hanya isi dari supnya saja yang bisa kita nikmati menggunakan sumpit. Dari sini akan menyadarkan kita makna keterbatasan, bahwa dalam hal tertentu ada sesuatu yang diluar kuasa sumpit, di luar kuasa kita.
6. Sumpit adalah Keterikatan.
Sumpit adalah sepasang. Ia hanya bisa digunakan apabila ada dua (sepasang). Jika tidak maka yang lain tak mampu melakukan fungsinya dengan benar bahkan tak bermakna apa-apa. Makanya sumpit menjadi sepasang yang saling melengkapi satu sama lain. Dan akan selalu begitu.
Barangkali, ini enam makna filosofis yang untuk sementara saya dapatkan dari memikirkan tentang sumpit yang saya gunakan untuk makan sore tadi.
---Sebagaimana makna Iqra, maka Kita bisa belajar makna kehidupan dari apapun itu, termasuk dari sepasang Sumpit---

*Terinspirasi dari sepasang sumpit yang kugunakan menyantap makanan

0 komentar:

Posting Komentar